Kasispala Tambora Bima NTB

Kasispala Tambora Bima NTB
Flag

Selasa, 26 April 2011

(Susur Gua) CAVING


(Susur Gua) CAVING

1. Sejarah Penelusuran Gua
•Masa Primitif, gua dihuni oleh manusia Cro Magnon dan berlindung, kuburan
dan untuk pemujaan roh leluhur
•1674, John Beaumont seorang ahli bedah dan ahli geologi amatir dari Samerset
Inggris melakukan pencatatan laporan ilmiah penelusuran gua sumuran (potholing)
yang pertama kali dan diakui oleh British Royal Society
•1670 - 1680, Baron Johann Valsavor dari slovenia adalah orang pertama yang
melakukan deskripsi terhadap 70 gua dalam bentuk laporan ilmiah lengkap dengan
komentar, sketsa dan peta sebanyak 4 jilid dengan total mencapai 2.800 halaman.
Atas jasanya British Royal Society memberikan penghargaan ilmiah kepadanya
•1818, Kaisar Habsburg Francis I adalah orang yang pertama kali melakukan
kegiatan wisata di dalam gua yaitu saat mengunjungi Gua Adelsberg (Sekarang Gua
Postonja di eks Yugoslavia). Kemudian Josip Jersinovic yaitu seorang pejabat di
daerah tersebut tercatat sebagai pengelola gua profesional yang pertama
•1838, Pengacara Franklin Gorin adalah tuan tanah yang memiliki areal dimana
gua terbesar dan terpanjang di dunia yaitu Mammoth Cave di Kentucky AS. Olehnya
gua tersebut dikomersialkan dan dipekerjakannya seorang mulatto bernama Stephen
Bishop berumur 17 tahun sebagai budak penjaga gua tersebut. karena tugasnya
tersebut Stephen Bishop dianggap sebagai Pemandu Wisata Gua Profesional (Cave
Guide) pertama. Mammoth Cave sendiri terdiri dari ratusan lorong (Stephen Bishop
menemukan sekitar 222 lorong) dengan panjang 300 mil hingga kini belum selesai
ditelusuri dan diteliti. Tahun 1983 oleh usaha International Union of Speleology,
Mammoth Cave diakui oleh PBB sebagai salah satu warisan dunia (World Herritage)
•1866-1888, pada masa ini diakui sebagai saat lahirnya Ilmu Speleologi yang
dipelopori oleh Edouard Alfred Martel (1859-1938)berkat usaha kerasnya selama 5
yang diakui sebagai Bapak Speleologi Dunia. Semua ini tahun dalam suatu Kampanye
Penelusuran Gua yang berisi metoda yang menggabungkan bidang Ilmu Riset Dasar
dalam eksplorasi gua sehingga dapat dilakukan suatu penelitian yang Multi
disipliner dan Interdisipliner. Metoda tersebut diakui oleh para ahli sebagi cara
yang paling tepat, konstruktif dan efisien dalam meneliti lingkungan gua. Bahkan
tata cara tersebut dianggap sebagai pokok penerapan disiplin, tata tertib, etika dan moral kegiatan Speleologi Modern pada masa sekarang.

2. Speleologi Modern dan Perkembangan nya di Indonesia
Speleologi berasal dari kata Spelaion (Gua) dan Logos (Ilmu) dalam bahasa Yunani.
Arti umumnya adalah Ilmu Mengenal Gua namun secara khusus diartikan sebagai Ilmu
Riset Dasar yang mempelajari lingkungan gua dan aspek ilmiah yang ada di dalamnya.
Bidang ini menyangkut banyak cabang ilmiah dari bidang sains yang lain seperti
Biologi (mikrobiologi), Geologi, Kimia, Meteorologi, Anthropologi, Arkeologi,
Minerologi, Sedimentologi juga bidang ilmu yang bersifat sosial seperti Ilmu
Ekonomi, Geografi, Sosiologi, Sejarah, Turisme bahkan Mistik dan Legenda.
Di Indonesia baru ada pada pertengahan dekade 70-an. Diperkenalkan oleh dr. Robby
Ko King Tjoen DV. melalui media massa. Tahun 1979 bersama Norman Edwin (Alm.)
mendirikan SPECAVINA club Caving pertama di Indonesia. Setelah bubar pada awal
dekade 80-an maka pada Tanggal 23 Mei 1983 dr. Robby mendirikan HIKESPI (Himpunan
Kegiatan Speleologi Indonesia) yang mendapat pengakuan Internasional dengan
terdaftar di UIS (Union Internationale de Speleologie - anggota Kelompok F UNESCO)
dengan nama FINSPAC (Federation of Indonesian Speleological Activities). Dan dari
Pemerintah RI (terdaftar di LIPI sebagai organisasi afiliasi profesi ilmiah)
sebagai satu-satunya organisasi yang mewadahi semua kegiatan speleologi di
Indonesia secara resmi.
Kegiatan di alam bebas semakin berkembang. Mendaki gunung sudah sangat dikenal,
meniti tebing terjal, bahkan menginjak puncak gunung es atau salju kini bukan lagi
merupakan suatu impian. Ada satu kegiatan lain di alam bebas yang mulai
berkembang, yaitu Telusur Gua.
Jika bentuk kegiatan di alam bebas kebanyakan dilakukan di alam terbuka, tidak
demikian halnya dengan telusur gua ; kegiatan ini justru dilakukan di dalam
tanah.Aktivitas Caving diterjemahkan sebagai ‘aktivitas penelusuran gua’. Setiap
aktivitas penelusuran gua, tidak lepas dari keadaan gelap total. Justru keadaan
seperti ini yang menjadi daya tarik bagi seorang caver, sebutan untuk seorang
penelusur gua. Petualangan di lorong gelap bawah tanah menghasilkan pengalaman
tersendiri. Perasaan ingin tahu yang besar bercampur dengan perasaan cemas karena
gelap total. Ada apa dalam kegelapan itu ? membahayakankah ? adakah kehidupan di
sana ? Pertanyaan lebih jauh bagaimana lorong-lorong itu terbentuk ? Pertanyaan
yang kemudian timbul, kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang gua dan
aspeknya, termasuk misteri yang dikandungnya. Maka dikenal istilah “speleologi”.
Ruang lingkup ilmu pengetahuan ini tidak hanya keadaan fisik alamaiahnya saja,
tetapi juga potensinya; meliputi segi terbentuknya gua, bahan tambang, tata
lingkungan, geologi gua, dan segi-segi alamiah lainnya.
Kalau sebagian orang merasa enggan untuk mendekati “lubang gelap mengangga”, maka
para penelusur gua justru masuk kedalamnya, sampai berkilo-kilometer jauhnya.
Lubang sekecil apapun tak luput dari perhatiannya, jika perlu akan ditelusuri
sampai tempat yang paling dalam sekalipun.
Mc. Clurg mencatat, setiap penelusuran gua tidak menginginkan lorong yang
ditelusurinya berakhir, mereka mengharapkan di setiap kelokan di dalam gua
dijumpai lorong-lorong yang panjangnya tidak pernah disaksikan oleh siapapun
sebelumnya. Sehingga apabila orang bertanya, “ Mengapa mereka memasuki gua ?”,
barangkali catatan Norman Edwin adalah jawabannya, “ Adalah suatu kepuasan bagi
seorang penelusur gua bila lampu yang dibawanya merupakan sinar pertama yang
mengungkapkan sebuah pemandangan yang menakjubkan di bawah tanah”.
3. Macam dan Fungsi Gua
Pengertian gua adalah "suatu lorong bentukan alamiah di bawah tanah yang bisa
dilalui oleh manusia, yang hanya bisa dilalui hewan saja disebut gua mikro". Dalam
hal ini yang dimaksud adalah gua alam, namun ada juga gua buatan manusia seperti
tempat perlindungan perang dan lain-lain. Gua alam dibagi dalam beberapa jenis
berdasarkan letak dan batuan pembentuknya, yaitu :

•Gua lava : terbentuk akibat pergeseran permukaan tanah akibat gejala
keaktifan vulkanologi, biasanya sangat rapuh karena terbentuk dari batuan muda
(endapan lahar) dan tidak memiliki ornamen batuan yang khas
•Gua litoral : sesuai namanya terdapat di daerah pantai, palung laut ataupun di tebing muara sungai, terbentuk akibat terpaan air laut (abrasi)
•Gua batu gamping (karst) : adalah fenomena bentukan gua terbesar (70% dari
seluruh gua di dunia). Terbentuk akibat terjadinya peristiwa karst (pelarutan
batuan kapur akibat aktifitas air) sehingga tercipta lorong-lorong dan bentukan
batuan yang sangat menarik akibat proses kristalisasi dan pelarutan gamping.
Diperkirakan wilayah sebaran karst Indonesia adalah yang terbesar di dunia
•Gua pasir, gua batu halit, gua es dsb. : adalah bentukan gua yang sangat
jarang dijumpai di dunia, hanya meliputi 5% dari seluruh jumlah gua di dunia.
Fungsi gua :
•Tempat berlindung (primitif) manusia dan hewan
• Tempat penambangan mineral (kalsit/gamping, guano) - tempat perburuan
(walet, sriti, kelelawar)
•Obyek wisata alam bebas dan minat khusus
• Obyek sosial budaya (legenda, mistik) - gudang air tanah potensial sepanjang
tahun
•Laboratorium ilmiah yang peka, lengkap dan langka
• Indikator perubahan lingkungan paling sensitif
• Fasilitas penyangga mikro ekosistem yang sangat peka dan vital bagi
kehidupan makro ekosistem di luar gua.
4. Apakah Speleologi Itu ?
Pengertian Kata Speleologi adalah Ilmu mengenai gua atau ilmu yang mempelajari
tentang lingkungan gua dan membahas berbagai aspek fisik dan biologisnya. Sedang
caving adalah kegiatan penelusuran gua. Secara umum menurut ketentuan
internasional, setiap kegiatan penelusuran gua harus mempunyai tujuan ilmiah dan
konservasi (berlaku untuk gua alam bebas). Sedangkan bila untuk tujuan wisata maka
hanya diperkenankan pada gua-gua khusus yang telah dibuka sebagai obyek wisata dan
telah dikelola secara profesional, lintas sektoral dan terpadu.
5. Terjadinya Gua Dan Jenisnya
Dua unsur penting yang memegang peran terjadinya gua, yaitu rekahan dan cairan.
Rekahan atau lebih tepat disebut sebagai “zona lemah”, merupakan sasaran bagi
suatu cairan yang mempunyai potensi bergerak keluar. Cairan ini dapat berupa
larutan magma atau air. Larutan magma menerobos ke luar karena kegiatan magmatis
dan mengikis sebagian daerah yang dilaluinya. Apabila kegiatan ini berhenti, maka
bekas jejaknya (penyusutan magma cair) akan meninggalkan bentuk gua, lorong, celah
atau bentuk lain semacamnya. Ini sering disebut gua lava, biasanya di daerah
gunung berapi.
. proses terbentuknya gua
Proses yang terjadi terhadap batuan yang dilaluinya, tidak hanya proses mekanis,
tetapi juga proses kimiawi. Karenanya, dinding celah atau gua, biasanya mempunyai
permukaan yang halus dan licin.
Pembentukan gua lebih sering terjadi pada jenis batuan gamping, karst, dengan
komposisi dominan Kalsium Karbonat (CaCO3), disebut gua batu gamping. Batuan ini
sangat mudah larut dalam air, bisa air hujan atau air tanah. Oleh karenanya,
reaksi kimiawi dan pelarutan dapat terjadi di permukaan dan di bawah permukaan.
Tetapi sering kali ditemukan juga mineral-mineral hasil reaksi yang tidak larut di
dalam air, misalnya kuarsa dan mineral ‘lempung’. Lazimnya bahan-bahan ini akan
membentuk endapan tersendiri. Sedangkan larutan jenuh kalsium, di tempat yang
tidak terpengaruh oleh tenaga mekanis, diendapkan dalam bentuk kristalin, antara
lain berupa stalagtit dan stalagmit, yang tersusun dari mineral kalsit, dan
variasi-variasai ornamen gua lainnya yang menarik untuk dilihat.
Air cenderung bergerak ke tampat yang lebih rendah. Sama dengan yang terjadi di
bawah permukaan. Sama dengan yang terjadi di bawah permukaan. Hal ini berakibat
daya reaksi dan pengikisan bersifat kumulatif. Tidak heran betapapun kecilnya
sebuah celah tempat masuknya air di permukaan dapat menyebabkan hasil pengikisan
berupa rongga yang besar, bahkan lebih besar di tempat yang lebih dalam. Rongga
yang terbentuk mestinya berhubungan pula, hal ini mungkin karena sifat air yangmudah menyusup ke dalam celah yang kecil dan sempit sekalipun.
Ukuran besarnya gua tidak hanya tergantung pada intensitas proses kimiawi dan
pengikisan yang berlangsung, akan tetapi juga ditentukan oleh jangka waktu proses
itu berlangsung. Sedangkan pola rongga yang terjadi di bawah permukaan tidak
menentu. Seandainya ditemukan pola rongga yang spesifik (mengikuti arah tertentu)
maka dapat diperkirakan faktor geologi ikut berperan, misalnya adanya sistim
patahan atau aspek geologis lainnya.
. proses pembentukan stalaktit
Selain jenis lava dan batu gamping yang dapat menyebabkan terjadinya gua, jenis
batu pasir juga kadang-kadang memungkinkan terjadinya gua, demikian pula batuan
yang membentuk lereng curam di tepi pantai. Kedua jenis batuan yang terakhir ini,
biasanya mengakibatkan terjadinya gua yang tidak begitu dalam. Tenaga yang
mempengaruhinya adalah tenaga mekanis berupa hantaman air atau hempasan ombak. Gua
yang terjadi di sini disebut gua laut.
Di dalam proses pembentukan lorong ada banyak sekali kemungkinan bentuk, termasuk
juga pembentukan apa yang kemudian kita sebut sebagai ornamen gua atau speleothem,
beberapa ornamen yang memiliki sifat sama diberi nama; diantaranya;
. stalaktit dan straw
1. Aragonite : Crystalline / cristal yang terbentuk dari CaCO3, jarang dijumpai.
2. Flow Stone : Kalsit (Calsite) yang terdeposisi (diendapkan) pada dinding lorong
gua.
3. Gours : Kumpulan kalsit yang terbentuk di dalam aliran air atau kemiringan
tanah. Aliran ini mengandung banyak CO2. Semakin CO2 memuai (menguap), kalsit yang
terbentuk semakin banyak.
4. Helectite : Formasi gua yang timbul dengan sudut yang berlawanan dari gaya
tarik bumi. Biasanya melingkar.
5. Marble : Batu gamping yang mengalami perubahan bentuk dimetamorfasekan oleh
panas dan tekanan sehingga merubah struktur yang unik dari batu tersebut.
6. Stalactite : Formasi kalsit yang menggantung
7. Stalacmite : Formasi kalsit yang tumbuh ke atas, di bawah atap stalactite.
8. Straw : seperti stalactite tapi diameternya kecil, sebesar tetasan air.
9. Styalalite : Garis gelombang yang terdapat pada potongan batu gamping.
10. Pearls : Kumpulan batu kalsit yang berkembang di dalam kolam di bawah tetesan
air. Disebut pearls karena bentuknya mirip mutiara.
11. Curtain : Endapan yang berbentuk seperti lembaran yang terlipat, menggantung
di langit-langit gua atau di dinding gua.
12. Column
13. Couli Flower
14. Rimstone Pool : Berbentuk seperti bendungan yang berbentuk ketika terjadi
pengendapan air, CO2-nya menghilang dan menyisakan kalsit yang bersusun-susun.
gambar 4. curtain, rimestone pool, pearl cave
5. Etika Penelusuran Gua
• Moto Speleologi :
o Jangan MENGAMBIL sesuatu, kecuali mengambil GAMBAR
o Jangan MENINGGALKAN sesuatu, kecuali meninggalkan JEJAK
o Jangan MEMBUNUH sesuatu, kecuali membunuh WAKTU
• Bertindak WAJAR
o Tidak sok pamer atau menutup-nutupi kepandaian (merasa minder atau malu)
o Jika tidak sanggup maka tidak memaksakan kehendaknya
• Tunjukkan RESPEK Kepada Sesama Penelusur Gua
o Tidak menggunakan peralatan atau bahan-bahan yang disediakan oleh rombongan
lain tanpa persetujua
o Membahayakan penelusur gua yang lain, misalnya :
               o Mengambil atau memutuskan tali yang terpasang
Memindahkan peralatan ketempat lain
Menimpuk batu jika ada penelusur lain didalam gua
o Menghasut penduduk disekitar gua agar menghalang-halangi atau melarang
rombongan lain masuk gua karena tidak satu orang/kelompok pun boleh merasa
memiliki kekuasaan/hak terhadap sebuah gua bahkan bila dia itu seorang ahli yang
menemukan gua tersebut pertama kali kecuali pemilik tanah di mana gua itu berada
o Jangan melakukan penelitian yang sama jika ada rombongan penelusur lain yang
sedang mengerjakannya DAN BELUM DIPUBLIKASIKAN (kecuali mendapatkan ijin)
o Jangan gegabah sebagai penemu sesuatu sebelum mendapat konfirmasi dari
kelompok2 resmi yang lain
o Jangan melaporkan hal-hal yang tidak benar demi sensasi atau ambisi pribadi
o Setiap usaha penelusuran gua adalah USAHA BERSAMA dan hasil publikasi tidak
boleh menonjolkan DIRI SENDIRI tanpa mengingat jasa SESAMA PENELUSUR
o Jangan menjelek-jelekkan penelusur lain dalam publikasi walau penelusur itu
mungkin melakukan hal-hal yang bersifat negatif. Setiap publikasi negatif tentang
sesama penelusur maka akan memberikan gambaran negatif terhadap semua penelusur
gua.
TEKNIK DALAM PENELUSURAN GUA
Penelusuran Gua Horisontal
•Pada dasarnya setiap penelusur gua, harus memulai perjalanannya dalam
kondisi tubuh fit . Malah dalam sebuah buku teks disebutkan, apabila badan terasa
kurang fit, sebaiknya perjalanan eksplorasi gua dibatalkan (etika penelusuran
gua). Hal ini disebabkan karena udara di dalam gua sangat buruk, penuh deposit
kotoran burung dan kelelawar, ditambah kelembaban yang sangat tinggi. Mudah sekali
dalam kondisi demikian seorang penelusur gua terserang penyakit paru-paru,
beberapa pioneer penelusur gua menghentikan kegiatan eksplorasinya karena
terserang penyakit ini.
•Selain memerlukan kondisi tubuh yang baik, seorang penelusur gua sedikit
banyak harus harus memiliki kelenturan tubuh dan yang terpenting tidak cepat
menjadi panik dalam keadaan gelap dan sempit. Bentuk tubuh juga mempengaruhi
kecepatan gerak seorang penelusur gua. Penelusur Gua ideal adalah yang memiliki
badan relatif kecil meskipun belum tentu menjadi jaminan akan menjadi penelusur
handal.
•Dalam penelusuran horisontal, kita lakukan gerak, jalan membungkuk,
merangkak, merayap, tengkurap, dan kadang terlentang, menyelam serta berenang.
Dengkul dan ujung siku merupakan sisi penting buat seorang penelusur atau caver.
Peralatan pribadi untuk gua horisontal
1. Helm
2. Caving sling
3. Cover all
4. Caving pack sack
Peralatan tim untuk gua horisontal
1. Perahu karet
2. Tali
3. Kamera
4. Kompas
5. Topofil


Sampai dengan saat ini, ada beberapa sistem yang digunakan dalam penelusuran
gua vertikal. Yang dianggap terbaik karena efektifitasnya adalah Single Rope
Technique (SRT).
•SRT hanya menggunakan satu tali tunggal, dan menggunakan prinsip pemindahan
beban ketika menaiki tali tersebut, sehingga menggunakan dua alat naik.

Peralatan Penelusuran Gua Vertikal
Disini hanya akan dibahas mengenai peralatan yang digunakan untuk keperluan SRT,
dan sedikit alternatifnya
A.    Peralatan Pribadi
Perlengkapan/peralatan yang disebutkan di bawah ini merupakan perlengkapan yang
harus melekat pada seorang penelusur gua pada saat melakukan penelusuran gua
vertikal. Secara garis besar peralatan yang harus dikenakan pribadi dibagi menjadi
3, yaitu alat untuk naik, alat untuk turun dan peralatan penunjang.
Peralatan Naik (ascender)
Ada beberapa jenis peralatan yang dapat dikategorikan dalam ascender, yang
memiliki keistimewaan apabila terbeban akan semakin mengunci ke tali.
1. Foot Loop Jammer
Alat ini akan digunakan oleh tangan untuk menarik beban badan, dihubungkan dengan
webbing ke sit harness, sehingga juga menjadi pengaman kita. Pada alat ini
ditempatkan foot-loop (sling injak) dan security link (tali pengaman). Alat ini
menggunakan gigi-gigi runcing untuk mencengkram mantel dari tali, sehingga semakin
terbeban akan semakin mengunci ke tali. Yang biasa digunakan sebagai Foot Loop
Jammer adalah Jumar produksi Petzl, yang memiliki dua warna, kuning untuk tangan
kiri, dan biru untuk tangan kanan. Ada beberapa jenis ascender lain yang memiliki
bentuk dan fungsi hampir sama dengan Jumar Petzl, diantaranya CMI Jammer.
2. Chest Jammer
Alat untuk naik yang prinsipnya hampir sama dengan Jumar, namun bentuknya lebih
ringkas (tidak ada pegangan untuk tangan), dan dihubungkan langsung dengan Sit
Harness dan Chest Harness, selain sebagai alat naik, juga berguna untuk menjaga
agar badan tetap sejajar dengan tali. Chest Jammer keluaran Petzl biasa disebut
Croll yang memang sudah dirancang untuk kepentingan SRT.
Jumar dan Croll merupakan dua alat utama yang digunakan dalam SRT, ketika badan
kita menggunakan Croll sebagai pengaman, dalam artian beban kita bergantung di
Croll, tangan kita dapat menggunakan Jumar untuk menambah ketinggian.

B.     Peralatan Turun (Descender)
1. Figure Of Eight
Dapat digunakan sebagai alat turun, namun dalam SRT hal ini tidak dianjurkan,
mengingat Figure Of Eight mengandalkan friksi dengan tali dengan cara membelokkan
arah tali, sementara tali yang digunakan di SRT adalah Tali Statis yang akan lebih
mudah rusak apabila arah gayanya diubah.
2. Bobin Descender
Alat yang dikeluarkan Petzl ini, dikhususkan penggunaannya untuk menuruni tali
pada SRT, yang digunakan adalah Bobin Single Rope. Bobin digunakan oleh orang yang
sudah terbiasa menuruni tali dengan SRT, karena tidak memiliki kunci pengaman,
kontrol kecepatan diatur oleh tangan kita.
3. Rack
Rack memiliki batang-batang yang dapat dirubah posisinya, untuk mengatur friksi
antara alat dengan tali, hal ini akan mempengaruhi kecepatan. Rack akan relatif
lebih dingin setelah pengunaan jangka panjang.
4. Auto Stop Descender
Auto Stop merupakan alat turun yang paling aman untuk digunakan dalam melakukan
SRT. Hal ini karena Auto Stop dilengkapi dengan sistem kunci otomatis, dan dapat
dipasang tanpa melepaskannya dari kaitan ke harness.
Peralatan Penunjang
Merupakan peralatan yang juga harus dikenakan ketika melakukan SRT, yang
digambarkan disini adalah prinsip-prinsipnya, bisa digunakan benda lain dengan
prinsip sama
1. Sit Harness
Ada berbagai jenis Sit Harness, untuk keperluan SRT Petzl khusus mengeluarkan
Avanti. Sit Harness ini berbeda dengan harness untuk keperluan memanjat ataupun
canyoning. Avanti dapat diubah ukurannya sesuai dengan badan kita, karena dalam
melakukan SRT, ukurannya harus benar-benar tepat agar terasa nyaman.
2. Linking Maillon
Semacam karabiner tetapi tidak memiliki sebuah gate (pintu dengan per). Maillon
sangat kuat, terdiri dari berbagai tipe dan ukuran. Linking Maillon gunanya
sebagai penghubung foot-loop jammer dengan foot-loop dan safety link. Alternatif
lain dapat menggunakan small oval screwgate carabiner.
3. Foot Loop
Atau tangga, digunakan waktu naik meniti tali. Foot loop merk “Camp” dapat
dipanjang dan pendekkan sesuai dengan keperluan. Alternatif lain memakai etrier
atau sling.
4. Security Link
Disebut juga “safety link”, gunanya sebagai safety pada waktu naik. Terbuat dari
Dynamic Climbing Rope, berdiameter 9mm. Panjangnya sejangkau tangan atau lebih.
Pada kedua ujungnya dibuat “figure of eight knot”. Ujung pertama di foot loop
jammer dan ujung lainnya di attachment pada sit harness. Bisa juga menggunakan
webbing.
5. Chest Harness
Merupakan harness khusus di dada. Bentuknya seperti angka delapan. Chest harness
berguna untuk menempatkan “petzl croll” waktu naik, sehingga badan tetap sejajar
dengan tali. Figure of eight chest harness merupakan perlengkapan standar.
Alternatif lain memakai sling/chest strap.
6. Main Attachment
Delta maillon 10mm adalah main attachment. Terbuat dari baja (steel) atau
aluminium. Main attachment merupakan tempat utama untuk berbagai kaitan/sangkutan.
Selain untuk mengunci sit harness, delta maillon juga untuk mengkaitkan croll,
security link, cow’s tail dan descender. Untuk posisi main attachment tidak pernah
digunakan carabiner.
7. Cow’s tail
Sebagai pengaman pada saat melewati sambungan tali dan pindah anchor, waktu
menuruni tali atau menaiki tali. Cow’s tail dapat dibuat dari “climbing rope
11mm”. Panjangnya kemudian dilipat dua tidak sama panjang. Masing-masing ujungnya
dibuat figure of eight knot juga bagian tengahnya, bagian yang membagi dua. “loop”
pada bagian tengah ini dikaitkan pada delta maillon.
8. Karabiner
Oval karabiner digunakan untuk cow’s tail sedangkan oval screw gate karabiner
untuk descender. Pada umumnya dalam penelusuran gua vertikal digunakan ‘oval screw
gate carabiner’.
9. Helmet
Merupakan perlengkapan vital dan wajib dikenakan oleh para penelusur gua. Gunanya
untuk melindungi kepala dari kemungkinan terbentur atau tertimpa batu. ‘Petzl
helmet’ diperlengkapi dengan lampu karbit.
gambar 8. peralatan pribadi SRT
B. Perlengkapan Tim
1. Tali
Tali yang dipakai dalam penelusuran gua vertikal, harus mempunyai karakteristik
sebagai berikut : kuat, memiliki daya tahan terhadap gesekan, daya lentur kecil
dan dapat menyerap kejut. Speleo rope memenuhi syarat ini. Biasanya, spleleo rope
yang dipakai berdiameter 9,5 mm sampai 11 mm.
Pemeliharaan :
Untuk memperpanjang umur tali, jauhkan dari asam (acid), alkali, hindarkan dari
kemungkinan gesekan dengan batu, atau gunakan “rope pad” (alas tali). Cucilah tali
setelah digunakan, tetapi jangan memakai sabun, pakailah sikat halus. Jemur tali
di tempat teduh da berangin, jangan sekali-kali menjemur di panas matahari.
2. Webbing
Disebut juga tape (pita) terbuat dari nilon. Digunakan untuk membuat harness,
anchor, dan lain-lain.
3. Perlengkapan lainnya
Perlengkapan lain yang diperlukan seperti tas untuk membawa tali (rucksack, tackle
bag), juga untuk membawa perlengkapan lainnya. Alat penerangan seperti lampu
batre, lampu karbit, atau lainnya. Sebaiknya membawa batre atau karbit cadangan.
Untuk membawa karbit dapat digunakan ban dalam mobil atau motor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar