Kasispala Tambora Bima NTB

Kasispala Tambora Bima NTB
Flag

Selasa, 26 April 2011

PENGETAHUAN DASAR NAVIGASI DARAT


PENGETAHUAN DASAR NAVIGASI DARAT

Navigasi darat adalah ilmu praktis. Kemampuan bernavigasi dapat terasah jika
sering berlatih. Pemahaman teori dan konsep hanyalah faktor yang membantu, dan
tidak menjamin jika mengetahui teorinya secara lengkap, maka kemampuan navigasinya
menjadi tinggi. Bahkan seorang jago navigasi yang tidak pernah berlatih dalam
jangka waktu lama, dapat mengurangi kepekaannya dalam menerjemahkan tanda-tanda di
peta ke medan sebenarnya, atau menerjemahkan tanda-tanda medan ke dalam peta.
Untuk itu, latihan sesering mungkin akan membantu kita untuk dapat mengasah
kepekaan, dan pada akhirnya navigasi darat yang telah kita pelajari menjadi
bermanfaat untuk kita.
Pada prinsipnya navigasi adalah cara menentukan arah dan posisi, yaitu arah yang
akan dituju dan posisi keberadaan navigator berada dimedan sebenarnya yang di
proyeksikan pada peta.
Beberapa media dasar navigasi darat adalah :
Peta
Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau
keseluruhan permukaan bumi yang dilihat dari atas, kemudian diperbesar atau
diperkecil dengan perbandingan tertentu. Dalam navigasi darat digunakan peta
topografi. Peta ini memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian
sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis kontur.
Beberapa unsur yang bisa dilihat dalam peta :
•Judul peta; biasanya terdapat di atas, menunjukkan letak peta
• Nomor peta; selain sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, kita bisa
menggunakannya sebagai petunjuk jika kelak kita akan mencari sebuah peta
•Koordinat peta; penjelasannya dapat dilihat dalam sub berikutnya
•Kontur; adalah merupakan garis khayal yang menghubungkan titik titik yang
berketinggian sama diatas permukaan laut.
• Skala peta; adalah perbandingan antara jarak peta dan jarak horizontal
dilapangan. Ada dua macam skala yakni skala angka (ditunjukkan dalam angka,
misalkan 1:25.000, satu senti dipeta sama dengan 25.000 cm atau 250 meter di
keadaan yang sebenarnya), dan skala garis (biasanya di peta skala garis berada
dibawah skala angka).
•Legenda peta ; adalah simbol-simbol yang dipakai dalam peta tersebut, dibuat
untuk memudahkan pembaca menganalisa peta.
Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi
Bandung, lalu peta dari Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS
(American Map Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun
1960.
Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25
m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan
Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval
kontur 12,5 m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.
Koordinat
Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak untuk membantu menentukan posisi
dipeta dalam hitungan koordinat. Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta.
Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat.
Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara
garis-garis yang tegak lurus satu sama lain. Sistem koordinat yang resmi dipakai
ada dua macam yaitu :
1.Koordinat Geografis (Geographical Coordinate) ; Sumbu yang digunakan adalah
garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis
khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar
dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat,
menit dan detik. Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis
sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu
karvak) lebarnya adalah 3.7 cm. Pada skala 1:25.000, satu karvak sama dengan 30
detik (30"), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama dengan 1 menit (60").
2.Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM) ; Dalam koordinat grid, kedudukan
suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah
Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis
vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat
ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada
peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm.
Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat grid 4 angka, dapat langsung
ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu
menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka dibagi
menjadi sepuluh bagian (per 1 mm).
Analisa Peta
Salah satu faktor yang sangat penting dalam navigasi darat adalah analisa peta.
Dengan satu peta, kita diharapkan dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya
tentang keadaan medan sebenarnya, meskipun kita belum pernah mendatangi daerah di
peta tersebut.
1. Unsur dasar peta ; Untuk dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya,
pertama kali kita harus cek informasi dasar di peta tersebut, seperti judul peta,
tahun peta itu dibuat, legenda peta dan sebagainya. Disamping itu juga bisa
dianalisa ketinggian suatu titik (berdasarkan pemahaman tentang kontur), sehingga
bisa diperkirakan cuaca, dan vegetasinya.
2.Mengenal tanda medan ; Disamping tanda pengenal yang terdapat dalam legenda
peta, kita dapat menganalisa peta topografi berdasarkan bentuk kontur. Beberap
ciri kontur yang perlu dipahami sebelum menganalisa tanda medan :
o Antara garis kontur satu dengan yang lainnya tidak pernah saling berpotongan
o Garis yang berketinggian lebih rendah selalu mengelilingi garis yang
berketinggian lebih tinggi, kecuali diberi keterangan secara khusus, misalnya
kawah
oBeda ketinggian antar kontur adalah tetap meskipun kerapatan berubah-ubah
o Daerah datar mempunyai kontur jarang-jarang sedangkan daerah terjal
mempunyai kontur rapat.
oBeberapa tanda medan yang dapat dikenal dalam peta topografi:
1. Puncak bukit atau gunung biasanya berbentuk lingkaran kecil, tertelak
ditengah-tengah lingkaran kontur lainnya.
2.Punggungan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk U yang ujungnya
melengkung menjauhi puncak
3.Lembahan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk V yang ujungnya tajam
menjorok kepuncak. Kontur lembahan biasanya rapat.
4.Saddle, daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian
5. Pass, merupakan celah memanjang yang membelah suatu ketinggian
6. Sungai, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur,
biasanya ada di lembahan, dan namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam membaca
alur sungai ini harap diperhatikan lembahan curam, kelokan-kelokan dan arah
aliran.
7.Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang sangat
jelas, begitu pula pulau-pulau kecil, tanjung dan teluk
8.Pengertian akan tanda medan ini mutlak diperlukan, sebagai asumsi awal dalam
menyusun perencanaan perjalanan
Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah, dan karena sifat magnetnya, jarumnya akan selalu
menunjuk arah utara-selatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara yang
sebenarnya, tapi utara magnetis). Secara fisik, kompas terdiri dari :
• Badan, tempat komponen lainnya berada
• Jarum, selalu menunjuk arah utara selatan, dengan catatan tidak dekat dengan
megnet lain/tidak dipengaruhi medan magnet, dan pergerakan jarum tidak
terganggu/peta dalam posisi horizontal.
•Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat sistem mata angin.
Jenis kompas yang biasa digunakan dalam navigasi darat ada dua macam yakni kompas
bidik (misal kompas prisma) dan kompas orienteering (misal kompas silva, suunto
dll). Untuk membidik suatu titik, kompas bidik jika digunakan secara benar lebih
akurat dari kompas silva. Namun untuk pergerakan dan kemudahan ploting peta,
kompas orienteering lebih handal dan efisien.
Dalam memilih kompas, harus berdasarkan penggunaannya. Namun secara umum, kompas
yang baik adalah kompas yang jarumnya dapat menunjukkan arah utara secara
konsisten dan tidak bergoyang-goyang dalam waktu lama. Bahan dari badan kompas pun
perlu diperhatikan harus dari bahan yang kuat/tahan banting mengingat kompas
merupakan salah satu unsur vital dalam navigasi darat
Cttn: saat ini sudah banyak digunakan GPS [global positioning system] dengan
tehnologi satelite untuk mengantikan beberapa fungsi kompas.
Orientasi Peta
Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (atau
dengan kata lain menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda
mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang
menyolok dan posisinya di peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama
puncakan, nama sungai, desa dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda
dimana. Orientasi peta ini hanya berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan
posisi anda dipeta adalah benar. Langkah-langkah orientasi peta:
1.Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat
tanda-tanda medan yang menyolok.
2.Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar
3. Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai
dengan arah medan sebenarnya
4.Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda-tanda medan tersebut di peta. Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan 5.
Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya.
Ingat hal-hal khas dari tanda medan.
Jika anda sudah lakukan itu semua, maka anda sudah mempunyai perkiraan secara kasar, dimana posisi anda di peta. Untuk memastikan posisi anda secara akurat, dipakailah metode resection.
Resection
Prinsip resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau
lebih tanda medan yang dikenali. Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda
medan yang terlihat jelas dalam peta dan dapat dibidik pada medan sebenarnya
(untuk latihan resection biasanya dilakukan dimedan terbuka seperti kebun teh
misalnya, agar tanda medan yang ekstrim terlihat dengan jelas).
Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti.
Langkah-langkah melakukan resection:
1.Lakukan orientasi peta
2. Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah
3.Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut
(untuk alat tulis paling ideal menggunakan pensil mekanik-B2).
4.Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas
bidik. Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat.
5.Pindahkan sudut back azimuth bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut
pelurusnya. Lakukan ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik
acuan.

6.Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah
posisi kita dipeta.

Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan
menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection
digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat
dilapangan tetapi sukar untuk dicapai atau tidak diketahui posisinya di peta.
Syaratnya, sebelum intersection kita sudah harus yakin terlebih dahulu posisi kita
dipeta. Biasanya sebelum intersection, kita sudah melakukan resection terlebih
dahulu.
Langkah-langkah melakukan intersection adalah:
1. Lakukan orientasi peta
2. Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
3.Bidik obyek yang kita amati
4.Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
5. Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan
langkah 1-3
6.Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi
obyek yang dimaksud.


Azimuth - Back Azimuth
Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat.
Azimuth disebut juga sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda medan, dan
memperolah sudutnya, maka sudut itu juga bisa dinamakan sebagai azimuth.
Kebalikannya adalah back azimuth. Dalam resection back azimuth diperoleh dengan
cara:
•Jika azimuth yang kita peroleh lebih dari 180º maka back azimuth adalah
azimuth dikurangi 180º. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200º.
Back azimuthnya adalah 200º - 180º = 20º
•Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya adalah
180º ditambah azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, diperoleh
azimuth 160º, maka back azimuthnya adalah 180º+160º = 340º
Dengan mengetahui azimuth dan back azimuth ini, memudahkan kita untuk dapat
melakukan ploting peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan sudut bidikan).
Selain itu sudut kompas dan back azimuth ini dipakai dalam metode pergerakan sudut
kompas (lurus/ man to man-biasa digunakan untuk “Kompas Bintang”). Prinsipnya
membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikaan kompas ke
depan dan ke belakang pada jarak tertentu.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1.Titik awal dan titik akhir perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan
hitung sudut yang menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung pula sudut dari
titik akhir ke titik awal. Sudut ini dinamakan back azimuth.
2.Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan
tanda medan lain pada lintasan yang dilalui.
3.Bidikkan kompas seusai dengan arah perjalanan kita, dan tentukan tanda medan
lain di ujung lintasan/titik bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth.
4.Pergi ke tanda medan di ujung lintasan, dan bidik kembali ke titik pertama
tadi, untuk mengecek apakah arah perjalanan sudah sesuai dengan sudut kompas (back
azimuth).
5.Sering terjadi tidak ada benda/tanda medan tertentu yang dapat dijadikan
sebagai sasaran. Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai tanda. Sistem
pergerakan semacam ini sering disebut sebagai sistem man to man.
Merencanakan Jalur Lintasan
Dalam navigasi darat tingkat lanjut, kita diharapkan dapat menyusun perencanaan
jalur lintasan dalam sebuah medan perjalanan. Sebagai contoh anda misalnya ingin
pergi ke suatu gunung, tapi dengan menggunakan jalur sendiri.
Penyusunan jalur ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi, dalam menafsirkan sebuah
peta topografi, mengumpulkan data dan informasi dan mengolahnya sehingga anda
dapat menyusun sebuah perencanaan perjalanan yang matang. Dalam proses perjalanan
secara keseluruhan, mulai dari transportasi sampai pembiayaan, disini kita akan
membahas khusus tentang perencanaan pembuatan medan lintasan. Ada beberapa hal
yang dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum anda memplot jalur lintasan.
Pertama, anda harus membekali dulu kemampuan untuk membaca peta, kemampuan untuk menafsirkan tanda-tanda medan yang tertera di peta, dan kemampuan dasar navigasi darat lain seperti resection, intersection, azimuth back azimuth, pengetahuan tentang peta kompas, dan sebagainya, minimal sebagaimana yang tercantum dalam bagian sebelum ini.
Kedua, selain informasi yang tertera dipeta, akan lebih membantu dalam perencanaan
jika anda punya informasi tambahan lain tentang medan lintasan yang akan anda
plot. Misalnya keterangan rekan yang pernah melewati medan tersebut, kondisi
medan, vegetasi dan airnya. Semakin banyak informasi awal yang anda dapat, semakin
matang rencana anda.
Tentang jalurnya sendiri, ada beberapa macam jalur lintasan yang akan kita buat.
Pertama adalah tipe garis lurus, yakni jalur lintasan berupa garis yang ditarik
lurus antara titik awal dan titik akhir. Kedua, tipe garis lurus dengan titik
belok, yakni jalur lintasan masih berupa garis lurus, tapi lebih fleksibel karena
pada titik-titik tertentu kita berbelok dengan menyesuaian kondisi medan. Yang
ketiga dengan guide/patokan tanda medan tertentu, misalnya guide punggungan/guide
lembahan/guide sungai. Jalur ini lebih fleksibel karena tidak lurus benar, tapi
menyesuaikan kondisi medan, dengan tetap berpatokan tanda medan tertentu sebagai
petokan pergerakannya.
Untuk membuat jalur lintasan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1.Usahakan titik awal dan titik akhir adalah tanda medan yang ekstrim, dan
memungkinkan untuk resection dari titik-titik tersebut.
2.Titik awal harus mudah dicapai/gampang aksesnya
3. Disepanjang jalur lintasan harus ada tanda medan yang memadai untuk
dijadikan sebagai patokan, sehingga dalam perjalanan nanti anda dapat menentukan
posisi anda di peta sesering mungkin.
4.Dalam menentukan jalur lintasan, perhatikan kebutuhan air, kecepatan
pergerakan vegetasi yang berada dijalur lintasan, serta kondisi medan lintasan.
Anda harus bisa memperkirakan hari ke berapa akan menemukan air, hari ke berapa
medannya berupa tanjakan terjal dan sebagainya.
5.Mengingat banyaknya faktor yang perlu diperhatikan, usahakan untuk selalu
berdiskusi dengan regu atau dengan orang yang sudah pernah melewati jalur tersebut
sehingga resiko bisa diminimalkan.
Penampang Lintasan
Penampang lintasan adalah penggambaran secara proporsional bentuk jalur lintasan
jika dilihat dari samping, dengan menggunakan garis kontur sebagai acuan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa peta topografi yang dua dimensi, dan sudut
pendangnya dari atas, agak sulit bagi kita untuk membayangkan bagaimana bentuk
medan lintasan yang sebenarnya, terutama menyangkut ketinggian. Dalam kontur yang
kerapatannya sedemikian rupa, bagaimana kira-kira bentuk di medan sebenarnya.
Untuk memudahkan kita menggambarkan bentuk medan dari peta topografi yang ada,
maka dibuatlah penampang lintasan.
Beberapa manfaat penampang lintasan :
1. Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan perjalanan
2. Memudahkan kita untuk menggambarkan kondisi keterjalan dan kecuraman medan
3.Dapat mengetahui titik-titik ketinggian dan jarak dari tanda medan tertentu
4. Untuk menyusun penampang lintasan biasanya menggunakan kertas milimeter
block, guna menambah akurasi penerjemahan dari peta topografi ke penampang.

Langkah-langkah membuat penampang lintasan:
1. Siapkan peta yang sudah diplot, kertas milimeter blok, pensil mekanik/pensil
biasa yang runcing, penggaris dan penghapus
2.Buatlah sumbu x, dan y. sumbu x mewakili jarak, dengan satuan rata-rata
jarak dari lintasan yang anda buat. Misal meter atau kilometer. Sumbu y mewakili
ketinggian, dengan satuan mdpl (meter diatas permukaan laut). Angkanya bisa
dimulai dari titik terendah atau dibawahnya dan diakhiri titik tertinggi atau
diatasnya.
3.Tempatkan titik awal di sumbu x=0 dan sumbu y sesuai dengan ketinggian titik
tersebut. Lalu peda perubahan kontur berikutnya, buatlah satu titik lagi, dengan
jarak dan ketinggian sesuai dengan perubahan kontur pada jalur yang sudah anda
buat. Demikian seterusnya hingga titik akhir.
4.Perubahan satu kontur diwakili oleh satu titik. Titik-titik tersebut
dihubungkan sat sama lainnya hingga membentuk penampang berupa garis menanjak,
turun dan mendatar.
5.Tembahkan keterangan pada tanda-tanda medan tertentu, misalkan nama-nama
sungai, puncakan dan titik-titik aktivitas anda (biasanya berupa titik bivak dan
titik istirahat), ataupun tanda medan lainnya. Tambahan informasi tentang vegetasi
pada setiap lintasan, dan skala penampang akan lebih membantu pembaca dalam
menggunakan penampang yang telah dibuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar