Kasispala Tambora Bima NTB

Kasispala Tambora Bima NTB
Flag

Selasa, 26 April 2011

Pencinta Alam





Materi Pencinta Alam

didalam aktivitasnya sehari-hari sebagaimana yang dimaknakan dalam unsur kata
Cinta dan Alam.”
Ingatlah hai engkau penjelah alam :
1.Take nothing, but pictures [jangan ambil sesuatu kecuali gambar]
2.Kill nothing, but times [jangan bunuh sesuatu kecuali waktu]
3.Leave nothing, but foot-print [jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak kaki] dan senantiasa ;
1.Percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
2.Percaya kepada kawan [dalam hal ini kawan adalah rekan penggiat dan
peralatan serta perlengkapan, tentu saja juga harus dibarengi bahwa diri kita sendiri juga dapat dipercaya oleh “teman” tersebut dengan menjaga, memelihara dan melindunginya]
3.Percaya kepada diri sendiri, yaitu percaya bahwa kita mampu melakukan segala sesuatunya dengan baik.
Sejarah Pencinta Alam Serta Perkembangannya

Apabila sejenak kita merunut dari belakang, sebetulnya sejarah manusia tidak jauh-jauh amat dari alam. Sejak zaman prasejarah dimana manusia berburu dan mengumpulkan makanan, alam adalah "rumah" mereka. Gunung adalah sandaran kepala,
padang rumput adalah tempat mereka membaringkan tubuh, dan gua-gua adalah tempat
mereka bersembunyi. Namun sejak manusia menemukan kebudayaan, yang katanya lebih
"bermartabat", alam seakan menjadi barang aneh. Manusia mendirikan rumah untuk tempatnya bersembunyi. Manusia menciptakan kasur untuk tempatnya membaringkan tubuh, dan manusia mendirikan gedung bertingkat untuk mengangkat kepalanya.
Manusia dan alam akhirnya memiliki sejarahnya sendiri-sendiri.
Ketika keduanya bersatu kembali, maka ketika itulah saatnya Sejarah Pecinta Alam
dimulai :

Pada tahun 1492 sekelompok orang Perancis di bawah pimpinan Anthoine de Ville mencoba memanjat tebing Mont Aiguille (2097 m), dikawasan Vercors Massif. Saat itu belum jelas apakah mereka ini tergolong pendaki gunung pertama. Namun beberapa
dekade kemudian, orang-orang yang naik turun tebing-tebing batu di Pegunungan Alpen adalah para pemburu chamois, sejenis kambing gunung. Barangkali mereka itu pemburu yang mendaki gunung. Tapi inilah pendakian gunung yang tertua pernah dicatat dalam sejarah.

Di Indonesia, sejarah pendakian gunung dimulai sejak tahun 1623 saat Yan Carstensz menemukan "Pegunungan sangat tinggi di beberapa tempat tertutup salju" di Papua.
Nama orang Eropa ini kemudian digunakan untuk salah satu gunung di gugusan Pegunungan Jaya Wijaya yakni Puncak Cartensz. Pada tahun 1786 puncak gunung tertinggi pertama yang dicapai manusia adalah puncak Mont Blanc (4807 m) di Prancis. Lalu pada tahun 1852 Puncak Everest setinggi 8840 meter ditemukan. Orang Nepal menyebutnya Sagarmatha, atau Chomolungma menurut orang Tibet. Puncak Everest berhasil dicapai manusia pada tahun 1953 melalui kerjasama Sir Edmund Hillary dari.
Selandia Baru dan Sherpa Tenzing Norgay yang tergabung dalam suatu ekspedisi Inggris. Sejak saat itu, pendakian ke atap-atap dunia pun semakin ramai.

Di Indonesia sejarah pecinta alam dimulai dari sebuah perkumpulan yaitu
"Perkumpulan Pentjinta Alam"(PPA). Berdiri 18 Oktober 1953. PPA merupakan
perkumpulan Hobby yang diartikan sebagai suatu kegemaran positif serta suci,terlepas dari 'sifat maniak'yang semata-mata melepaskan nafsunya dalam corak negatif. Tujuan mereka adalah memperluas serta mempertinggi rasa cinta terhadap alam seisinya dalam kalangan anggotanya dan masyarakat umumnya. Sayang perkumpulanini tak berumur panjang. Penyebabnya antara lain faktor pergolakan politik dan suasana yang belum terlalu mendukung sehingga akhirnya PPA bubar di akhir tahun
1960. Awibowo adalah pendiri satu perkumpulan pencinta alam pertama di tanah air mengusulkan istilah pencinta alam karena cinta lebih dalam maknanya daripada gemar/suka yang mengandung makna eksploitasi belaka, tapi cinta mengandung makna mengabdi. "Bukankah kita dituntut untuk mengabdi kepada negeri ini?."
Sejarah pencinta alam kampus pada era tahun 1960-an. Pada saat itu kegiatan politik praktis mahasiswa dibatasi dengan keluarnya SK 028/3/1978 tentang pembekuan total kegiatan Dewan Mahasiswa dan Senat Mahasiswa yang melahirkan konsep Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). Gagasan ini mula – mula dikemukakan Soe Hok Gie pada suatu sore, 8 Nopember 1964, ketika mahasiswa FSUI sedang beristirahat setelah mengadakan kerjabakti di TMP Kalibata. Sebenarnya gagasan ini, seperti yang dikemukakan Soe Hok Gie sendiri, diilhami oleh organisasi
pencinta alam yang didirikan oleh beberapa orang mahasiswa FSUI pada tanggal 19 Agustus 1964 di Puncak gunung Pangrango. Organisasi yang bernama Ikatan Pencinta Alam Mandalawangi itu keanggotaannya tidak terbatas di kalangan mahasiswa saja.
Semua yang berminat dapat menjadi anggota setelah melalui seleksi yang ketat.
Sayangnya organisasi ini mati pada usianya yang kedua. Pada pertemuan kedua yang diadakan di Unit III bawah gedung FSUI Rawamangun, didepan ruang perpustakaan. Hadir pada saat itu Herman O. Lantang yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa FSUI. Pada saat itu dicetuskan nama organisasi yang akan lahir itu
IMPALA, singkatan dari Ikatan Mahasiswa Pencinta Alam.
Setelah bertukar pikiran dengan Pembantu Dekan III bidang Mahalum, yaitu Drs. Bambang Soemadio dan Drs. Moendardjito yang ternyata menaruh minat terhadap organisasi tersebut dan menyarankan agar mengubah nama IMPALA menjadi MAPALA PRAJNAPARAMITA. Alasannya nama IMPALA terlalu borjuis. Nama ini diberikan oleh Bpk Moendardjito. Mapala merupakan singkatan dari Mahasiswa Pencinta Alam. Dan Prajnaparamita berarti dewi pengetahuan. Selain itu Mapala juga berarti berbuah atau berhasil. Jadi dengan menggunakan nama ini diharapkan segala sesuatu yang
dilaksanakan oleh anggotanya akan selalu berhasil berkat lindungan dewi
pengetahuan. Ide pencetusan pada saat itu memang didasari dari faktor politis selain dari hobi individual pengikutnya, dimaksudkan juga untuk mewadahi para mahasiswa yang sudah muak dengan organisasi mahasiswa lain yang sangat berbau politik dan perkembangannya mempunyai iklim yang tidak sedap dalam hubungannya antar organisasi.
Dalam tulisannya di Bara Eka 13 Maret 1966, Soe mengatakan bahwa :
“Tujuan Mapala ini adalah mencoba untuk membangunkan kembali idealisme di kalangan mahasiswa untuk secara jujur dan benar-benar mencintai alam, tanah air, rakyat dan almamaternya. Mereka adalah sekelompok mahasiswa yang tidak percaya bahwa patriotisme itu masih ada yang lebih berwenang untuk menentukan hidup dan mati seseorang.MAPALA, Pencinta alam atau Petualang ?

Dua nama, pencinta alam dan petualang seolah-olah merupakan satu kesatuan utuh yang tidak bisa di pisahkan antara keduanya. Namun kalau dilihat secara etimologi kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia akan nampak kelihatan bahwa keduanya tidak ada hubungan satu sama lainnya. Dalam KBBI, pecinta (alam) ialah orang yang sangat suka akan (alam), sedangkan petualang ialah orang yang suka mencari pengalaman
yang sulit-sulit, berbahaya, mengandung resiko tinggi dsb. Dengan demikian, secara etimologi jelas disiratkan dimana keduanya memiliki arah dan tujuan yang berbeda, meskipun ruang gerak aktivitas yang dipergunakan keduanya sama, alam. Dilain pihak, perbedaan itu tidak sebatas lingkup “istilah” saja, tetapi juga langkah
yang dijalankan. Seorang pencinta alam lebih populer dengan gerakan
enviromentalisme-nya, sementara itu, petualang lebih aktivitasnya lebih lekat dengan aktivitas-aktivitas Adventure-nya seperti pendakian gunung, pemanjatan tebing, pengarungan sungai dan masih banyak lagi kegiatan yang menjadikan alam sebagai medianya.
Kini yang sering ditanyakan ketika kerusakan alam di negeri ini semakin parah, dimanakah pencinta alam? begitupun dengan para petualang yang menggunakan alam sebagai medianya. Bahkan Tak jarang aktivitas “mereka” berakhir dengan terjadinya tindakan yang justru sangat menyimpang dari makna sebagai pecinta alam, misalkan terjadinya praktek-paktek vandalisme. Inilah sebenarnya yang harus di kembalikan
tujuan dan arahnya sehingga jelas fungsi dan gerak merekapun bukan hanya sebagai ajang hura-hura belaka. keberadaaan mereka belum mencirikan kejelasan arah gerak dan pola pengembangan kelompoknya. Jangankan mencitrakan kelompoknya sebagai pecinta alam, sebagai petualang pun tidak. Aktivitas mereka cenderung merupakan aksi-aksi spontanitas yang terdorong atau bahkan terseret oleh medan ego yang tinggi dan sekian image yang telah terlebih dulu dicitrakan, dengan demikian
banyak diantara para “pencinta alam” itu cuma sebatas “gaya” yang menggunakan alam sebagai alat.

Survival Dasar

            Dalam melakukan perjalanan Alam terbuka, seorang Petualang perlu membekali diri dengan pengetahuan SURVIVAL. Survival berasal dari kata survive yang berarti mampu mempertahankan diri dari keadaan tertentu .dalam hal ini mampu mempertahankan diri dari keadaan yang buruk dan kritis. Survivor adalah orang yang sedang mempertahankan diri dari keadaan yang buruk.
Mengapa Ada Survival ?
Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain : Keadaan alam (cuaca dan medan), Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan), Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan), Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita sendiri.
Dalam keadan tersebut ada beberapa faktor yang menetukan seorang Survivor mampu bertahan atau tidak., antara lain : mental ,kurang lebih 80% kesiapan kita dalm survival terletak dari kesiapan mental kita.
Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :
• Keadaan alam (cuaca dan medan)
• Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)
• Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)
Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita sendiri.
Definisi Survival
Arti survival sendiri terdapat berbagai macam versi, yang akan kita bahas di sini hanyalah menurut versi pencinta alam
S : Sadar dalam keadaan gawat darurat
U : Usahakan untuk tetap tenang dan tabah
R : Rasa takut dan putus asa hilangkan
V : Vitalitas tingkatkan
I : Ingin tetap hidup dan selamat itu tujuannya
V : Variasi alam bisa dimanfaatkan
A : Asal mengerti, berlatih dan tahu caranya
L : Lancar, slaman, slumun, slamet
Jika anda tersesat atau mengalami musibah, ingat-ingatlah arti survival tsb, agar dapat membantu anda keluar dari kesulitan. Dan yang perlu ditekankan jika anda tersesat yaitu istilah “STOP” yang artinya :
S : Stop & seating / berhenti dan duduklah
T : Thingking / berpikirlah
O : Observe / amati keadaan sekitar
P : Planning / buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan
Kebutuhan survival
Yang harus dipunyai oleh seorang survivor
1. Sikap mental
- Semangat untuk tetap hidup
- Kepercayaan diri
- Akal sehat
- Disiplin dan rencana matang
- Kemampuan belajar dari pengalaman
2. Pengetahuan
- Cara membuat bivak
- Cara memperoleh air
- Cara mendapatkan makanan
- Cara membuat api
- Pengetahuan orientasi medan
- Cara mengatasi gangguan binatang
- Cara mencari pertolongan
3. Pengalaman dan latihan
- Latihan mengidentifikasikan tanaman
- Latihan membuat trap, dll
4. Peralatan
- Kotak survival
- Pisau jungle , dll
5. Kemauan belajar
Langkah yang harus ditempuh bila anda/kelompok anda tersesat :
• Mengkoordinasi anggota
• Melakukan pertolongan pertama
• Melihat kemampuan anggota
• Mengadakan orientasi medan
• Mengadakan penjatahan makanan
• Membuat rencana dan pembagian tugas
• Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia luar
• Membuat jejak dan perhatian
• Mendapatkan pertolongan
Bahaya-bahaya dalam survival
Banyak sekali bahaya dalam survival yang akan kita hadapi, antara lain :
1. Ketegangan dan panik
Pencegahan :
- Sering berlatih
- Berpikir positif dan optimis
- Persiapan fisik dan mental
2. Matahari / panas
- Kelelahan panas
- Kejang panas
- Sengatan panas
Keadaan yang menambah parahnya keadaan panas :
- Penyakit akut/kronis
- Baru sembuh dari penyakit
- Demam
- Baru memperoleh vaksinasi
- Kurang tidur
- Kelelahan
- Terlalu gemuk
- Penyakit kulit yang merata
- Pernah mengalami sengatan udara panas
- Minum alkohol
- Dehidrasi
Pencegahan keadaan panas :
- Aklimitasi
- Persedian air
- Mengurangi aktivitas
- Garam dapur
- Pakaian :
- Longgar
- Lengan panjang
- Celana pendek
- Kaos oblong
3. Serangan penyakit
- Demam
- Disentri
- Typus
- Malaria
4. Kemerosotan mental
Gejala : Lemah, lesu, kurang dapat berpikir dengan baik, histeris
Penyebab : Kejiwaan dan fisik lemah
Keadaan lingkungan mencekam
Pencegahan : Usahakan tenang
Banyak berlatih
5. Bahaya binatang beracun dan berbisa
Keracunan
Gejala : Pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadang-kadang
mencret, kejang-kejang seluruh badan, bisa pingsan.
Penyebab : Makanan dan minuman beracun
Pencegahan : Air garam di minum
Minum air sabun mandi panas
Minum teh pekat
Di tohok anak tekaknya
6. Keletihan amat sangat
Pencegahan : Makan makanan berkalori
Membatasi kegiatan
7. Kelaparan
8. Lecet
9. Kedinginan
Untuk penurunan suhu tubuh 30° C bisa menyebabkan kematian
Membuat Bivak (Shelter)
Tujuan : untuk melindungi dari angin, panas, hujan, dingin
Macam :
a. Shelter asli alam
Gua : Bukan tempat persembunyian binatang
Tidak ada gas beracun
Tidak mudah longsor
b. Shelter buatan dari alam
c. Shelter buatan
Syarat bivak :
Hindari daerah aliran air
Di atas shelter tidak ada dahan pohon mati/rapuh
Bukan sarang nyamuk/serangga
Bahan kuat
Jangan terlalu merusak alam sekitar
Terlindung langsung dari angin
Mengatasi Gangguan Binatang
a. Nyamuk
• Obat nyamuk, autan, dll
• Bunga kluwih dibakar
• Gombal dan minyak tanah dibakar kemudian dimatikan sehingga asapnya bisa mengusir nyamuk
• Gosokkan sedikit garam pada bekas gigitan nyamuk
b. Laron
• Mengusir laron yang terlalu banyak dengan cabe yang digantungkan
c. Lebah
Apabila disengat lebah :
• Oleskan air bawang merah pada luka berkali-kali
• Tempelkan tanah basah/liat di atas luka
• Jangan dipijit-pijit
• Tempelkan pecahan genting panas di atas luka
d. Lintah
Apabila digigit lintah :
• Teteskan air tembakau pada lintahnya
• Taburkan garam di atas lintahnya
• Teteskan sari jeruk mentah pada lintahnya
• Taburkan abu rokok di atas lintahnya
e. Semut
• Gosokkan obat gosok pada luka gigitan
• Letakkan cabe merah pada jalan semut
• Letakkan sobekan daun sirih pada jalan semut
f. Kalajengking dan lipan
• Pijatlah daerah sekitar luka sampai racun keluar
• Ikatlah tubuh di sebelah pangkal yang digigit
• Tempelkan asam yang dilumatkan di atas luka
• Bobokkan serbuk lada dan minyak goreng pada luka
• Taburkan garam di sekeliling bivak untuk pencegahan
g. Ular
Pembahasan lebih lanjut dalam materi EMC
Membuat Perangkap (Trap)
Macam-macam trap :
• Perangkap model menggantung
• Perangkap tali sederhana
• Perangkap lubang jerat
• Perangkap menimpa
• Apace foot share
Bahan :
• tali/kawat
• Umpan
• Batang kayu
• Cabang pohon
Membaca Jejak
Jenis :
• Jejak buatan : dibuat oleh manusia
• Jejak alami : tanda jejak sebagai tanda keadaan lingkungan
Jejak alami biasanya menyatakan tentang :
• Jenis binatang yang lewat
• Arah gerak binatang
• Besar kecilnya binatang
• Cepat lambatnya gerak binatang
Membaca jejak alami dapat diketahui dari :
• Kotoran yang tersisa
• Pohon atau ranting yang patah
• Lumpur atau tanah yang tercecer di atas rumput
Air
Seseorang dalam keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20 – 30 hari tanpa makan, tapi orang tsb hanya dapat bertahan hidup 3 – 5 hari saja tanpa air.
Air yang tidak perlu dimurnikan :
1. Hujan
Tampung dengan ponco atau-daun yang lebar dan alirkan ke tempat penampungan
2. Dari tanaman rambat/rotan
Potong setinggi mungkin lalu potong pada bagian dekat tanah, air yang menetes dapat langsung ditampung atau diteteskan ke dalam mulut
3. Dari tanaman
Air yang terdapat pada bunga (kantung semar) dan lumut
Air yang harus dimurnikan terlebih dahulu :
1. Air sungai besar
2. Air sungai tergenang
3. Air yang didapatkan dengan menggali pasir di pantai (+ 5 meter dari batas pasang surut)
4. Air di daerah sungai yang kering, caranya dengan menggali lubang di bawah batuan
5. Air dari batang pisang, caranya tebang batang pohon pisang, sehingga yang tersisa tinggal bawahnya lalu buat lubang maka air akan keluar, biasanya dapat keluar sampai 3 kali pengambilan
Makanan
Patokan memilih makanan :
• Makanan yang di makan kera juga bisa di makan manusia
• Hati-hatilah pada tanaman dan buah yang berwarna mencolok
• Hindari makanan yang mengeluarakan getah putih, seperti sabun kecuali sawo
• Tanaman yang akan dimakan di coba dulu dioleskan pada tangan-lengan-bibir-lidah, tunggu sesaat. Apabila aman bisa dimakan
• Hindari makanan yang terlalu pahit atau asam Hubungan air dan makanan
• Untuk air yang mengandung karbohidrat memerlukan air yang sedikit
• Makanan ringan yang dikemas akan mempercepat kehausan
• Makanan yang mengandung protein butuh air yang banyak
Tumbuhan yang dapat dimakan
Dari batangnya :
• Batang pohon pisang (putihnya)
• Bambu yang masih muda (rebung)
• Pakis dalamnya berwarna putih
• Sagu dalamnya berwarna putih
• Tebu
Dari daunnya :
• Selada air
• Rasamala (yang masih muda)
• Daun mlinjo
• Singkong
Akar dan umbinya :
• Ubi jalar, talas, singkong
Buahnya :
• Arbei, asam jawa, juwet
Tumbuhan yang dapat dimakan seluruhnya :
• Jamur merang, jamur kayu
Ciri-ciri jamur beracun :
• Mempunyai warna mencolok
• Baunya tidak sedap
• Bila dimasukkan ke dalam nasi, nasinya menjadi kuning
• Sendok menjadi hitam bila dimasukkan ke dalam masakan
• Bila diraba mudah hancur
• Punya cawan/bentuk mangkok pada bagian pokok batangnya
• Tumbuh dari kotoran hewan
• Mengeluarkan getah putih
Binatang yang bisa dimakan
• Belalang
• Jangkrik
• Tempayak putih (gendon)
• Cacing
• Jenis burung
• Laron
• Lebah , larva, madu
• Siput
• Kadal : bagian belakang dan ekor
• Katak hijau
• Ular : 1/3 bagian tubuh tengahnya
• Binatang besar lainnya
Binatang yang tidak bisa dimakan
• Mengandung bisa : lipan dan kalajengking
• Mengandung racun : penyu laut
• Mengandung bau yang khas : sigung
Api
Bila mempunyai bahan untuk membuat api, yang perlu diperhatikan adalah jangan membuat api terlalu besar tetapi buatlah api yang kecil beberapa buah, hal ini lebih baik dan panas yang dihasilkan merata.
1. Dengan lensa / Kaca pembesar
Fokuskan sinar pada satu titik dimana diletakkan bahan yang mudah terbakar.
2. Gesekan kayu dengan kayu.
Cara ini adalah cara yang paling susah, caranya dengan menggesek-gesekkan dua buah batang kayu sehingga panas dan kemudian dekatkan bahan penyala, sehingga terbakar
3. Busur dan gurdi
Buatlah busur yang kuat dengan mempergunakan tali sepatu atau parasut, gurdikan kayu keras pada kayu lain sehingga terlihat asap dan sediakan bahan penyala agar mudah tebakar.
Bahan penyala yang baik adalah kawul terdapat pada dasar kelapa, atau daun aren
Survival kit
Ialah perlengkapan untuk survival yang harus dibawa dalam perjalanan :
• Perlengkapan memancing
• Pisau
• Tali kecil
• Senter
• Cermin suryakanta, cermin kecil
• Peluit
• Korek api yang disimpan dalam tempat kedap air
• Tablet garam, norit
• Obat-obatan pribadi
• Jarum + benang + peniti

EXPLORER SEARCH AND RESCUE (ESAR) SAR PETUALANG


 
EXPLORER SEARCH AND RESCUE (ESAR)
SAR PETUALANG

I. Pendahuluan
Pada awal tahun 1980-an beberapa kelompok pendaki gunung mulai mencoba mengembangkan Explorer Search And Rescue (ESAR). Sistem ini berasal dari Amerika Serikat yang diperuntukan bagi para penjelajah daerah-daerah berhutan, padang kering dan sungai. Pada tahun-tahun sebelumnya system SAR laut dan udara masih menjadi rujukan untuk melakukan pencarian orang hilang di gunung. Yang membedakan ESAR dengan induknya SAR secara keseluruhan terletak pada rinci operasionalnya. Dalam ESAR dikenal lima tahap pencarian atau operasi.
II. Maksud dan Tujuan
Menolong sesama hidup merupakan salah satu bukti dari pengamalan rasa cinta alam. Sehingga sebagai mahluk hidup yang mengaku dekat dengan alam,  Explorer Search And Rescue amatlah dibutuhkan, khususnya untuk menolong sesama hidup. Lebih dipersempit lagi ruang lingkup operasionalnya dalam menolong korban di gunung dan hutan.
Materi ini bertujuan memberikan pengetahuan tentang teknik operasional dalam ESAR sasuai dengan apa yang dibutuhkan. Sebab ESAR memerlukan dan menuntut personil yang siap, cepat dan tanggap. Personil ESAR diharapkan mampu menjalankan kewajibannya dengan baik, yang bukan berasal dari kata tugas, melainkan dari panggilan moral, hati nurani dan sebuah arti kesetiakawanan terhadap sesama.
III. Teknik-teknik Pencarian
Dalam pencarian terdiri dari empat unsur yang dapat dijadikan standar dalam menentukan ketrampilan tertentu yang dibutuhkan bagi suatu operasi SAR :
No.
Unsur
Pengetahuan
1.
Locate (menentukan lokasi korban)
Pengetahuan tentang navigasi darat, data peristiwa, keadaan korban, keadaan medan dll.
2.
Reach (mencapai korban)
Ketrampilan mendaki gunung, RC, hidup di alam, mencari jejak, penguasan peta dan kompas, dll.
3.
Stabilize (menentramkan korban)
Pengetahuan dan ketrampilan PPPK, gawar darurat.
4.
Evacuate (membawa kembali korban)
Sama dengan reach serta penguasaan P3K.
Teknik pencarian disini merupakan teknik pencarian yang dilakukan di darat. Walaupun tidak secara khusus untuk di darat, teknik ini juga yang membedakan antara SAR dan ESAR. Teknik pencarian ini bertumpu pada lima tahap.
1.      Tahap Awal (Preliminary Mode)
Yaitu mengumpulkan informasi-informasi awal, saat dari mulai tim-tim pencari diminta bantuannya sampai kedatangannya di lokasi. Melakukan perencanaan pencarian awal, perhitungan-perhitungan, mengkoordinasikan regu pencari, memebentuk pos pengendali perencanaan, mencari identitas subjek, perencanaan operasi dan evakuasi.



2.      Tahap Pemagaran (Confinement Mode)
Yaitu memantapkan garis batas untuk mengurung orang yang dinyatakan atau dikhawatirkan hilang agar berada di dalam areal pencarian (search area). Untuk lebih jelasnya akan dibahas dalam bagian tersendiri.
3.      Tahap Pengenalan (Detection Mode)
Yaitu pemeriksaan-pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang dicurigai. Apabila dirasa perlu, dilakukan pencarian dengan cara menyapu (sweep searches). Bisa juga dilakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang diketemukan tanda-tanda atau barang-barang yang ditinggalkan oleh survivor. Untuk lebih jelasnya akan dibahas dalan bagian tersendiri.
4.      Tahap Pelacakan (Tracking Mode)
Yaitu mengikuti dan melacak jejak yang ditinggalkan oleh survivor atau pelacakan terhadap barang-barang yang tercecer dari survivor. Tracking bisa benar-benar dilakukan oleh orang-orang yang terlatih dan berpengalaman serta mempunyai kemampuan melacak yang tinggi antara lain membaca jejak, medan peta kompas, mengerti maksud dan tujuan korban, makna dari benda-benda yang terjatuh dan sengaja ditinggal korban atau dengan menggunakan anjing pelacak. Dari beberapa pengalaman, pelacakan dengan anjing pelacak masih belum bisa dilakukan secara baik untuk kondisi alam Indonesia. Hal ini dikarenakan faktor alam yang sulit dan ekstrim serta cepat berubah.
5.      Tahap Evakuasi (Evacuation Mode)
Yaitu memberikan pertolongan pertama dan membawa survivor ke titik penyerahan  untuk perawatan lebih lanjut. Tiga hal pokok yang harus dilakukan pencari apabila berhasil menemukan Survivor dalam keadaan hidup:
a.       Memberikan pertolongan pertama bila diperlukan. Dalam hal ini personil harus benar-benar memiliki kemampuan pertolongan pertama, karena kalau salah menangani akan mengakibatkan korban bertambah parah bahkan bisa meninggal.
b.      Meyakinkan pada survivor bahwa Ia akan selamat
c.       Mengabarkan ke pangkalan pengendali tentang kondisi dan lokasi ditemukannya survivor.
Bila survivor dalam keadaan meninggal :
a.       Tidak boleh merubah posisi survivor sebelum ada perintah dari SMC
b.      Menjaga survivor dari segala gangguan yang mungkin terjadi
c.       melaporkan ke pangkalan untuk dievakuasi
Teknik yang digunakan dalam evakuasi :
a.       Memapah
b.      Memandu
c.       Bantuan helikopter
d.      Modifikasi dari teknik yang ada
IV. Tahap Pemagaran (Confinement Mode)
Dasar pemikirannya adalah menjebak survivor dalam area yang jelas dan kita dapat mengetahui batasan-batasannya, sehingga :
·         Area tersebut dapat dilakukan pencarian atau disapu.
·         Sebagai petunjuk bagi survivor untuk menuju tempat yang dapat diketahui tim pencari.
Kerja awal dari tahap ini adalah memagari kemungkinan gerak dari pencarian yang padat yang mungkin diperlukan bila areal pencarian menjadi terlalu luas.
Metode Confinement :
1.      Trail Blocking (razia pada jalan setapak)
Yaitu menempatkan tim kecil pada jalan masuk ke areal pencarian untuk menjaga kemungkinan korban melalui daerah tersebut. Mencatat nama-nama yang keluar masuk areal pencarian tersebut.
2.      Road Bolcks (razia pada jalan keluar)
Pada dasarnya sama dengan trail blocks, hanya saja disini masyarakat, pamong desa dapat diminta bantuan untuk melakukan pengawasan kemungkinan korban keluar melalui desa mereka atau dengan meminta bantuan petugas keamanan atau tenaga yang lainnya.
3.      Look Outs
Mengadakan “pengintaian” dengan menempatkan regu-regu kecil di ketinggian untuk dapat mendeteksi dan mengawasi daerah-daerah sekitar yang lebih rendah untuk mendeteksi dan mengawasi bila ada yang bergerak, membuat asap, tanda-tanda dari survivor jika berada di sekitar daerah itu. Juga menggunakan tanda-tanda yang menyolok untuk menarik perhatian survivor, misalnya bunyi-bunyian, lampu, sinar, api, asap dll.
4.      Camp In
Yaitu mendirikan pos-pos di lokasi yang strategis, misalnya saja persimpangan jalan atau pertemuan aliran sungai. Dari Camp In ini tim pencari dapat bergerak melakukan pencarian di daerah sekitar.
5.      Track Traps (jalur jebakan)
Yaitu jalur setapak atau tempat-tempat tertentu yang kemungkinan besar akan dilalui oleh korban karena tempat tersebut secara alamiah dan naluri, besar kemungkinannya akan dipilih atau dilewati korban, misal jalur air, mata air, gua, tempat datar dsb. Tim pencari dapat membuat jebakan buatan, misal dengan menggemburkan tanah disekitar jalur. Periksalah secara berulang area itu secara berkala untuk melihat jejak korban.
6.      String Lines
Yaitu pembatas buatan berupa jalur benang atau tali yang ditarik mengikuti jalur tertentu yang diharapkan akan membatasi ruang gerak korban. Bila string line tersebut diketemukan oleh korban, ia akan dituntun menuju tempat tertentu misal jalan setapak, camp in dsb (lihat gambar). Secara khusus akan efektif bila dilakukan pada daerah-daerah terbuka dimana cara pandangnya baik.
Bila daerahnya berpohon dan bersemak lebat, dapat lebih sempurna  dengan menggunakan Tagged String Lines (bentangan tali yang bertanda). Tags (tanda-tanda) pada string lines akan menarik perhatian survivor untuk bergerak mengikuti tali itu dan keluar menuju tempat yang ditunjukkan oleh tanda-tanda itu.
Tujuan menggunakan string line adalah menjadikan ruang-ruang atau kotak-kotak search area menjadi sektor yang terkuasai untuk pencarian tim pencari. Setelah Initial Confinement (pemagaran awal), tambahan string line dapat digunakan untuk membagi-bagi area itu. String line dapat digunakan untuk pemagaran dan untuk menandai sektor pencarian. Pemisahan lebih lanjut ini bertujuan untk mempersempit areal pencarian yang dilakukan oleh tim pencari.

V. Tahap Pengenalan (Detection Mode)
Detection adalah usaha untuk mencari korban atau benda yang tercecer/terjatuh atau sengaja ditinggalkan survivor. Pada keadaan inilah pasukan atau tenaga dari tim ESAR terutama diperlukan atau digunakan.
Metode detection, dikelompokkan ke dalam tiga kategori. Penamaan dari ketiga kategori di bawah ini telah digunakan dalam ESAR untuk beberapa tahun ini, diambil karena hal ini secara umum bertalian terhadap tahapan dari pengembangan operasi pencarian. Tipe I umumnya mendahului tipe II, tipe II muncul sebelum tipe III.
1.      Tipe I Search
Yaitu pemeriksaan tidak resmi yang segera dilakukukan terhadap areal yang dianggap paling memungkinkan. Penamaan lain untuk tipe ini adalah Reconnaisance atau Hayt Searching/pencarian terburu-buru.
a.       Metode ini digunakan pada :
ü  Tahap pencarian awal
ü  Memeriksa ulang daerah dimana diduga survivor berada
b.      Sasaran metode ini :
ü  Pemeriksaan yang segera atas area yang spesifik dimana survivor diduga berada
ü  Memperoleh informasi mengenai areal pencarian


c.       Teknik yang digunakan
Sebuah tim kecil yang terdiri dari 3-6 orang yang mampu bergerak cepat untuk memeriksa daerah pencarian. Bila menemukan barang yang tercecer dan bila SMC (SAR Mission Coordinator) menghendaki barang tersebut dibawa, maka sebuah marker akan dipasang dan ditempatkan di lokasi penemuan.
2.      Tipe II Search
Kriterianya adalah efisiensi, pemeriksaan yang cepat dan sistematis atas area yang luas, dengan metode penyapuan yang akan menghasilkan hasil akhir yang tinggi dari setiap pencari per jam kerjanya. Nama lain dari tipe ini adalah open grids (pencarian grid renggang/penyapuan renggang).
a.       Metode ini digunakan pada :
ü  Tahap awal operasi pencarian, terutama bila jangka waktu orang yang bertahan hidup diperkirakan sangat pendek
ü  Bila areal pencarian luas dan tidak ada areal tertentu yang dapat dicurigai dan tidak tersedia cukup tenaga pencari yang dapat mengcover keseluruhan area.
b.      Sasaran metode ini adalah pencarian yang tepat dan cepat pada areal yang luas.
c.       Teknik yang digunakan
Sebuah tim kecil yang terdiri dari 3-6 orang, yang sejajar dengan jarak yang cukup lebar antara 10 sampai 20 meter dengan arah yang telah ditentukan. Ada baiknya ada seorang pemimpin tim yang bergerak mengawasi penyapuan, tugasnya :
ü  Memperhatikan apakah penegang kompas dapat menjaga sudut kompas yang sejajar
ü  Mengatasi hal-hal yang muncul mendadak
ü  Memeriksa penemuan-penemuan yang ditemukan oleh tim
Ada cara umum untuk mencegah regu pencari saling tumpang tindih satu sama lain atau tidak bisa menjaga jarak yang telah ditentukan diantara mereka yaitu dengan memakai pita atau ribbon dan menggunakan kompas.
Pada metode I dan II pada selang waktu tertentu regu berhenti untuk memperhatikan sekilas sekitarnya serta memanggil survivor sambil menanti kemungkinan jawaban. Contoh pencarian dan penyapuan pada metode tipe II
Keterangan:
1.      Tim terdiri dari 6 orang memeriksa kedua tepi sungai kecil.
2.      A & B, personil ujung kiri dan kanan memasang marker (catatan petunjuk lapangan), dan string line/ribbon.
3.      C adalah petugas kompas/kompas man yang selalu memeriksa bahwa pencarian sesuai arah kompas.
4.      X adalah pimpinan SRU yang mondar-mandir sekitar barisan sambil memeriksa dan memastikan jarak personil terjaga dan juga melihat situasi sekitar medan, apakah perlu ada perubahan arah atau sistem pencarian.
5.      Z adalah navigator, yang bertugas membantu kompas man untuk memastikan agar sudut pencarian tidak melenceng.
Bila alat komunikasi cukup, maka idealnya X, A, dan B masing-masing membawa HT.
3.      Tipe III Search
Kriterianya adalah kecermatan, pencarian dengan sistematika yang ketat atas area yang lebih kecil menggunakan metode penyapuan yang cermat. Dinamakan juga close grids (pencarian grid rapat/ penyapuan rapat).
a.       Metode ini digunakan pada :
ü  Besarnya kemungkinan objek yang ditemukan dalam areal pencarian pada metode tipe II, lebih rendah dari apa yang diharapkan
ü  Bila areal pencarian terbatas dan tenaga yang tersedia mencukupi
b.      Sasaran metode ini adalah pencarian yang cermat atas areal yang spesifik
c.       Teknik yang digunakan
Penyapuan dengan jarak yang sempit. Jumlah anggota tim 3-9 orang dengan jarak kira-kira antar personil 3 sampai 5 meter. Pita-pita atau sring line banyak digunakan untuk mengontrol dalam memberi tanda yang jelas antara areal yang sudah dicari dan yang belum. Contoh pencarian dan penyapuan pada metode tipe III (lihat gambar).
Ø  Tim yang menggunakan kompas man untuk pencarian dan penyapuan.
C = Kompas man

Ø  Tiga tim menggunakan kompas  sebagai unit kontrol dalam penyapuan.
C = Kompas man

Ø  Tiga tim pada penyapuan sejajar menggunakan ribbon (potongan tali rafiah/pita) sebagai unit kontrol dalam penyapuan.(lihat gambar)





VI. Sikap Mental Selama Pencarian
1.      Cepat tanggap. Pentingnya cepat tanggap untuk mencegah :
a.       Sangat cepatnya meluasnya areal pencarian yang potensial
b.      Meningkatnya kesulitan pencarian berkaitan dengan mobilitas dan reaksi
2.      Dalam melakukan pencarian jangan terlalu terburu-buru, hendaknya dilakukan dengan kecermatan dan keteletian. Hal ini untuk mengindari kemungkinan survivor tidak terdeteksi saat dilakukan penyapuan.
3.      Pencarian adalah hal yang menarik. Bila pencarian kita anggap sebagai hal menarik, maka hasilnya akan lebih efektif. Kesungguhan, perhatian penuh dan sikap agresif  dalam mengawasi merupakan komponen yang berharga bagi kerja pencarian.
4.      Pentingnya mencari jejak atau barang yang tercecer. Penemuan jumlah jejak dan barang yang tercecer di dalam area, diperkirakan akan lebih banyak dari survivor. Penemuan juga dapat merupakan pemasukan yang penting bagi penyempitan areal pencarian.






MANAJEMEN BENCANA
(DISASTER MANAGEMENT)

A.    Pengertian
a.      Bencana (Disaster)
Suatu kejadian (baik alami maupun tidak alami) yang menyebabkan kerusakan fisik dalam skala besar, baik terhadap lingkungan hidup maupun infrastruktur dan mengancam jiwa banyak manusia di dalam suatu komunitas atau lokasi.
b.      Bagaimana bencana dapat terjadi ?


§  Ancaman (Hazard)
Fenomena, bahaya, atau resiko, baik alami maupun tidak alami yang dapat (tetapi belum tentu) menimbulkan bencana. Contoh : gempa bumi, banjir, tanah longsor, kekeringan, wabah penyakit dan sebagainya. 
§  Kerentanan(Vulnerability)
Keadaan di dalam suatu komunitas yang membuat mereka mudah terkena akibat buruk dari suatu ancaman. Jenis kerentanan dapat digolongkan menjadi kerentanan fisik, sosial dan psikologi.
B.     Manajemen Bencana (Disaster Management)
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untk mengendalikan bencana dan keadaan darurat, sekaligus memberikan kerangka kerja untuk menolong masyarakat dalam keadaan beresiko tinggi agar dapat menghindari ataupun pulih dari dampak suatu bencana.
Tujuan :
1.      Mengurangi atau menghindari kerugian secara fisik, ekonomi, maupun jiwa yang dialami oleh orang, masyarakat dan Negara.
2.      Mengurangi penderitaan
3.      Mempercepat pemulihan
4.      Memberi perlindungan kepada pengungsi atau masyarakat yang kehilangan tempat ketika kehidupannya terancam.

Tahapan Penanganan Bencana




















Bencana
 



















































Keterangan :
  1. Penanganan Darurat/Tanggap Darurat (Emergency Response)
Upaya untuk menyelamatkan jiwa dan melindungi harta serta menangani gangguan, kerusakan dan dampak lain dari suatu bencana.
Keadaan darurat :
Kondisi yang diakibatkan oleh suatu kejadian luar biasa yang berada di luar kemampuan masyarakat untuk menghadapinya dengan sumber daya atau kapasitas yang ada. Dalam kondisi tersebut mengakibatkan masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok dan terjadi penurunan drastis terhadap kualitas hidup, kesehatan atau ancaman secara langsung terhadap keamanan banyak orang di dalam suatu komunitas/lokasi.
  1. Pemulihan (Recovery)
Suatu proses yang dilalui agar kebutuhan pokok terpenuhi. Proses recovery terdiri dari :
    1. Rehabilitasi
Perbaikan yang dibutuhkan secara langsung yang sifatnya sementara atau jangka pendek
    1. Rekonstruksi
Perbaikan yang sifatnya permanen
  1. Pencegahan (Prevention)
Upaya untyuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan timbulnya suatu ancaman, misalnya pembuatan bendungan untuk menghindari terjadinya banjir. Namun perlu disadari bahwa pencegahan tidak bisa sepenuhnya efektif terhadap sebagian besar ancaman.
  1. Mitigasi (Mitigation)
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman. Misalnya, penataan kembali lahan desa agar terjadinya banjir tidak menimbulkan kerugian besar.
  1. Kesiap-siagaan (Preparedness)
Persiapan rencana untuk bertindak ketika terjadi (atau kemungkinan akan terjadi) bencana. Perencanaan terdiri dari perkiraan terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam keadaan darurat dan identifikasi atas sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Perencanaan dapat mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman.
Beberapa bentuk kesiap-siagaan :
§  Pengembangan jaringan informasi dan Sistem Peringatan Dini (Early Warning System/EWS)
§  Perencanaan evakuasi dan persiapan stok kebutuhan pokok (suplai pangan,obat-obatan dll)
§  Perbaikan infrastruktur yang dapat digunakan dalam keadaan darurat seperti fasilitas komunikasi, jalan, kendaraan, gedung-gedung sebagai tempat penampungan dll.
§  Persiapan sumber daya manusia, termasuk orang-orang yang siap menjadi komite koordinasi dalam keadaan darurat.

SALAM LESTARI !!!

ROCK CLIMBING



Rock climbing
berasal dari kata rock yang artinya batu dan climbing yang artinya panjat. Kita akan membahasasnya satu per satu. Dan juga terdapa banyak alat dan perlengkapan pada rock climbing ini.
A. Macam – Macam Batuan
Beberapa batuan yang sering dijumpai yang terutama lokasi dimana sering dijadikan ajang pemanjatan di Indonesia.
1. Batuan Beku- Andersit,berwarna hitam keabu-abuan massif dan kompak
- Lava Andersit,seperti andersit dan biasanya dijumpai lubang-lubang kecil bekas keluarnya gas dan dijumpai dengan kesan berlapis
- Breksi lava,menyerupai batu breksi pada umumnya
- Granit,berwarna terang dengan warna dasar putih


2. Batuan Sedimen
- Batu Gamping,berwarna putih kekuningan,kompak,banyak dijumpai retakan atau lubang,dan biasanya berlapis.
- Breksi Sedimen,seperti halnya breksi lava tapi batu ini biasanya berupa batu pasir.
3. Batu Metamorf
Hampir sama dengan batu gamping tapi disini sudah mengalami rekristalisasi dan warnanya sangat beragam.

B. Etika Panjat Tebing
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam etika panjat tebing adalah sebagai berikut :

- Menghormati adat istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat.
- Menjaga kelestarian alam.
- Merintis jalur baru.
- Memanjat jalur bernama.
- Pemberian nama jalur.
- Memberi keamanan bagi pemanjat lain

C. Macam – macam Pemanjatan

a. Artificial Climbing
Adalah olah raga yang dilakukan pada tebing-tebing dengan tingkat kesulitan yang tinggi dengan bermodalkan alat yang diselipkan pada celah-celah batu atau memanfaatkan pengaman alam (natural anchor).
Artificial climbing ini dimana alat benar-benar digunakan sebagai penambah ketinggian disampin sebagai pengaman pemanjatan.

b. Top Roof

c. Sport Climbing
Adalah pemanjatan dimana pengaman sudah terpasang tinggal kita memasang tali pengaman pada jalur yang sudah ada namanya.

d. Free Climbing
Pada prinsipnya hampir sama dengan pemanjatan artificial hanya dalam free climbing alat digunakan hanya sebagai pengaman saja sedangkan untuk menambah ketinggian menggunakan pegangan tangan dan friksi (gaya gesek) kaki sebagai pijakan.

Alat-alat yang diguanakan dalam pemanatan artificial

1. Tali carmentel
Biasanya yang digunakan adalah tali yang memiliki tingkat kelenturan atau biasa disebut dynamic rope. Secara umun tali di bagi menjadi dua macam yaitu :
a. Static
Mempunyai daya lentur 6% - 9%, digunakan untuk tali fixed rope yang digunakan untuk ascending atau descending. Standart yang digunakan adalah 10,5 mm.
b. Dynamic
Mempunyai daya lentur hingga 25%, digunakan sebagai tali utama yang menghubungkan pemanjat dengan pengaman pada titik tertinggi.

2. Harnest adalah alat pengikat di tubuh sebagai pengaman yg nantinya dihubungkan dengan tali.

3. Carabiner adalah cincin kait yg terbuat dari alumunium alloy sebagai pengait dan dikaitkan dg alat lainnya.
? carabiner srew gate
? carabiner non screw gate

4. Helmet adalah pelindung kepala yg melindungi kepala dari benturan dari benda-benda yang terjatuh dari atas.

5. Descender, peralatan yg digunakan untuk meniti tali ke atas dan peralatan tambahan, untuk meniti tali kebawah serta mengamankan leader disaat membuat jalur, biasanya yg sering digunakan adalah figure of eight dan auto stop.

6. Ascender, peralatan yg digunakan untuk meniti tali ke atas dan secara otomatis akan mengunci bila dibebani. Jenis yang digunakan biasanya jumar dan croll

7. Grigri, alat ini digunakan untuk membelay, alat ini mempunyai tingkat keamanan yg paling tinggi karena dapat membelay dengan sendirinya.

8. Sepatu Panjat, sbg pelindung kaki dan mempunyai daya friksi yg tinggi sehingga dpt melekat di tebing. Jenisnya sendiri yang sering digunakan adalah soft (lentur/fleksibel) dan hard (keras)

9. Calk bag, sebagai tempat MgCo3 (Magnesium Carbonat) yg berfungsi agar tangan tdk licin karena berkeringat sehingga akan membantu dalam pemanjatan.

10. Hammer, berfungsi untuk menanamkan pengaman dan melepaskan kembali, biasanya yg diapakai jenisnya ringan dan mempunyai kekuatan tinggi dan ujungnya berfungsi mengencangkan mur pada saat memasang hanger.

11. Webbing, peralatan panjat yg berbentuk pipih tidak terlalu kaku dan lentur.

12. Prusik, merupakan jenis tali carmentel yg berdiameter 5-6 mm, biasanya digunkan sbg pengganti sling runner dan juga dpt digunakan untuk meniti tali keatas dengan menggunakan simpul prusik.

13. Pulley, mirip katrol, kecil dan ringan tetapi memiliki kemampuan dalam beban yg berat.

14. Handdrill, merupakan media untuk mengebor tebing secara manual, yg berfungsi untuk menempatkan pengaman berupa bolt serta hanger.

Artificial ancor:
1. Paku Piton
Merupakan pengaman sisipan yg berguna sebagai pasak.
2. Stopper
Digunakan untuk celah vertical yg menyempit kebawah dengan prinsip kerja menjepit celah membentuk sudut atau menyempi

3. Sky Hook
Sebagai pengaman sementara dengan prinsip kerja menyisipkan ujung sky hook pada celah bebatuan dan harus terbebani, usahakan meminimalkan gerak.

4. Ramset dan Hanger
Satu set peralatan dalam artificial climbing yg berfungsi untuk menanamkan bolt dan kemudian digabungkan dengan hanger sehingga menjadi pengaman tetap.

5. Friend
Pengaman yg diselipkan pada celah batu dengan bermacam ukuran. Friend ada 2 macam :
- Regular Friend
Terbuat dari allumunium alloy dan mempunyai kelemahan yaitu berbentuk static/tidak mempunyai kelenturan. Alat ini bekerja dengan baik dicelah overhang.
- Fleksibel Friend
Bentuknya sama dengan regular friend hnya mempunyai kelebihan terbuat dari kawat baja yg menjadikan friend ini sangat fleksibel, dan dapat dipasang disemua celah dan segala posisi.

6. Hexa
Prinsip kerja sama dengan stopper hanya berbeda pada bentuk round (bulat) dan hexagonal (segi enam).

7. Chocker
Alat bantu yg berfungsi untuk melepaskan hexa atau stopper yg terkait di celah batu.

8. Etrier/tangga gantung &daisy chain
- Etrier : alat yg terbuat dari webbing yg menyerupai tangga untuk membantu menambah ketinggian.
- Daisy chain : terbuat dari webbing, berfungsi untuk menambah ketinggian serta menjaga apabila etrier jatuh.


D. SIMPUL

1. Simpul untuk penambat

• Overhand Knot
Untuk mengakhiri pembuatan simpul sebelumnya. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang sebesar 40%.

• Clove hitch knot
Untu mengikat tali pada penambat yg fungsinya sebagai pengaman utama (fixed rope) pada anchor natural dsb. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang sebesar 45%.

• Italian hitch knot
Untuk repeling juka tidak ada figure eight atau grigri. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang 45%.

• Butterfly knot
Untuk membuat ditengah atau diantara lintasan horizon. Bisa juga digunakan untuk menghindari tali yang sudah friksi. Toleransi terhadap kekuatan tali 50%.

• Figure of eight knot
Untuk pengaman utama dalam penambatan dan pengaman utama yang dihubungkan dengan tubuh atau harnest. Toleransi 55% - 59%.
• Eight on bight knot
Untuk pengaman utama dalam penambat pada dua anchor. Toleransi 68%.
• Bowline knot
Untuk pengaman utama dalam penambatan atau pengaman utama yang dihubungkan dengan penambat atau harnest. Toleransi 52%.
• Simpul two in one
Simpul ini biasanya digunakan sebagai penambat pada anchor natural saat cleaning, yaitu ketika pemanjat selesai dan turun dari tebing tanpa meninggalkan alat.

• Fisherman Knot
Untuk menyambung 2 tali yang sama besarnya dan bersifat licin. Toleransi 41% – 50%

PENGETAHUAN DASAR NAVIGASI DARAT


PENGETAHUAN DASAR NAVIGASI DARAT

Navigasi darat adalah ilmu praktis. Kemampuan bernavigasi dapat terasah jika
sering berlatih. Pemahaman teori dan konsep hanyalah faktor yang membantu, dan
tidak menjamin jika mengetahui teorinya secara lengkap, maka kemampuan navigasinya
menjadi tinggi. Bahkan seorang jago navigasi yang tidak pernah berlatih dalam
jangka waktu lama, dapat mengurangi kepekaannya dalam menerjemahkan tanda-tanda di
peta ke medan sebenarnya, atau menerjemahkan tanda-tanda medan ke dalam peta.
Untuk itu, latihan sesering mungkin akan membantu kita untuk dapat mengasah
kepekaan, dan pada akhirnya navigasi darat yang telah kita pelajari menjadi
bermanfaat untuk kita.
Pada prinsipnya navigasi adalah cara menentukan arah dan posisi, yaitu arah yang
akan dituju dan posisi keberadaan navigator berada dimedan sebenarnya yang di
proyeksikan pada peta.
Beberapa media dasar navigasi darat adalah :
Peta
Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau
keseluruhan permukaan bumi yang dilihat dari atas, kemudian diperbesar atau
diperkecil dengan perbandingan tertentu. Dalam navigasi darat digunakan peta
topografi. Peta ini memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian
sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis kontur.
Beberapa unsur yang bisa dilihat dalam peta :
•Judul peta; biasanya terdapat di atas, menunjukkan letak peta
• Nomor peta; selain sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, kita bisa
menggunakannya sebagai petunjuk jika kelak kita akan mencari sebuah peta
•Koordinat peta; penjelasannya dapat dilihat dalam sub berikutnya
•Kontur; adalah merupakan garis khayal yang menghubungkan titik titik yang
berketinggian sama diatas permukaan laut.
• Skala peta; adalah perbandingan antara jarak peta dan jarak horizontal
dilapangan. Ada dua macam skala yakni skala angka (ditunjukkan dalam angka,
misalkan 1:25.000, satu senti dipeta sama dengan 25.000 cm atau 250 meter di
keadaan yang sebenarnya), dan skala garis (biasanya di peta skala garis berada
dibawah skala angka).
•Legenda peta ; adalah simbol-simbol yang dipakai dalam peta tersebut, dibuat
untuk memudahkan pembaca menganalisa peta.
Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi
Bandung, lalu peta dari Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS
(American Map Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun
1960.
Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25
m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan
Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval
kontur 12,5 m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.
Koordinat
Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak untuk membantu menentukan posisi
dipeta dalam hitungan koordinat. Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta.
Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat.
Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara
garis-garis yang tegak lurus satu sama lain. Sistem koordinat yang resmi dipakai
ada dua macam yaitu :
1.Koordinat Geografis (Geographical Coordinate) ; Sumbu yang digunakan adalah
garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis
khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar
dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat,
menit dan detik. Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis
sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu
karvak) lebarnya adalah 3.7 cm. Pada skala 1:25.000, satu karvak sama dengan 30
detik (30"), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama dengan 1 menit (60").
2.Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM) ; Dalam koordinat grid, kedudukan
suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah
Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis
vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat
ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada
peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm.
Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat grid 4 angka, dapat langsung
ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu
menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka dibagi
menjadi sepuluh bagian (per 1 mm).
Analisa Peta
Salah satu faktor yang sangat penting dalam navigasi darat adalah analisa peta.
Dengan satu peta, kita diharapkan dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya
tentang keadaan medan sebenarnya, meskipun kita belum pernah mendatangi daerah di
peta tersebut.
1. Unsur dasar peta ; Untuk dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya,
pertama kali kita harus cek informasi dasar di peta tersebut, seperti judul peta,
tahun peta itu dibuat, legenda peta dan sebagainya. Disamping itu juga bisa
dianalisa ketinggian suatu titik (berdasarkan pemahaman tentang kontur), sehingga
bisa diperkirakan cuaca, dan vegetasinya.
2.Mengenal tanda medan ; Disamping tanda pengenal yang terdapat dalam legenda
peta, kita dapat menganalisa peta topografi berdasarkan bentuk kontur. Beberap
ciri kontur yang perlu dipahami sebelum menganalisa tanda medan :
o Antara garis kontur satu dengan yang lainnya tidak pernah saling berpotongan
o Garis yang berketinggian lebih rendah selalu mengelilingi garis yang
berketinggian lebih tinggi, kecuali diberi keterangan secara khusus, misalnya
kawah
oBeda ketinggian antar kontur adalah tetap meskipun kerapatan berubah-ubah
o Daerah datar mempunyai kontur jarang-jarang sedangkan daerah terjal
mempunyai kontur rapat.
oBeberapa tanda medan yang dapat dikenal dalam peta topografi:
1. Puncak bukit atau gunung biasanya berbentuk lingkaran kecil, tertelak
ditengah-tengah lingkaran kontur lainnya.
2.Punggungan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk U yang ujungnya
melengkung menjauhi puncak
3.Lembahan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk V yang ujungnya tajam
menjorok kepuncak. Kontur lembahan biasanya rapat.
4.Saddle, daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian
5. Pass, merupakan celah memanjang yang membelah suatu ketinggian
6. Sungai, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur,
biasanya ada di lembahan, dan namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam membaca
alur sungai ini harap diperhatikan lembahan curam, kelokan-kelokan dan arah
aliran.
7.Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang sangat
jelas, begitu pula pulau-pulau kecil, tanjung dan teluk
8.Pengertian akan tanda medan ini mutlak diperlukan, sebagai asumsi awal dalam
menyusun perencanaan perjalanan
Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah, dan karena sifat magnetnya, jarumnya akan selalu
menunjuk arah utara-selatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara yang
sebenarnya, tapi utara magnetis). Secara fisik, kompas terdiri dari :
• Badan, tempat komponen lainnya berada
• Jarum, selalu menunjuk arah utara selatan, dengan catatan tidak dekat dengan
megnet lain/tidak dipengaruhi medan magnet, dan pergerakan jarum tidak
terganggu/peta dalam posisi horizontal.
•Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat sistem mata angin.
Jenis kompas yang biasa digunakan dalam navigasi darat ada dua macam yakni kompas
bidik (misal kompas prisma) dan kompas orienteering (misal kompas silva, suunto
dll). Untuk membidik suatu titik, kompas bidik jika digunakan secara benar lebih
akurat dari kompas silva. Namun untuk pergerakan dan kemudahan ploting peta,
kompas orienteering lebih handal dan efisien.
Dalam memilih kompas, harus berdasarkan penggunaannya. Namun secara umum, kompas
yang baik adalah kompas yang jarumnya dapat menunjukkan arah utara secara
konsisten dan tidak bergoyang-goyang dalam waktu lama. Bahan dari badan kompas pun
perlu diperhatikan harus dari bahan yang kuat/tahan banting mengingat kompas
merupakan salah satu unsur vital dalam navigasi darat
Cttn: saat ini sudah banyak digunakan GPS [global positioning system] dengan
tehnologi satelite untuk mengantikan beberapa fungsi kompas.
Orientasi Peta
Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (atau
dengan kata lain menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda
mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang
menyolok dan posisinya di peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama
puncakan, nama sungai, desa dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda
dimana. Orientasi peta ini hanya berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan
posisi anda dipeta adalah benar. Langkah-langkah orientasi peta:
1.Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat
tanda-tanda medan yang menyolok.
2.Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar
3. Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai
dengan arah medan sebenarnya
4.Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda-tanda medan tersebut di peta. Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan 5.
Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya.
Ingat hal-hal khas dari tanda medan.
Jika anda sudah lakukan itu semua, maka anda sudah mempunyai perkiraan secara kasar, dimana posisi anda di peta. Untuk memastikan posisi anda secara akurat, dipakailah metode resection.
Resection
Prinsip resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau
lebih tanda medan yang dikenali. Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda
medan yang terlihat jelas dalam peta dan dapat dibidik pada medan sebenarnya
(untuk latihan resection biasanya dilakukan dimedan terbuka seperti kebun teh
misalnya, agar tanda medan yang ekstrim terlihat dengan jelas).
Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti.
Langkah-langkah melakukan resection:
1.Lakukan orientasi peta
2. Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah
3.Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut
(untuk alat tulis paling ideal menggunakan pensil mekanik-B2).
4.Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas
bidik. Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat.
5.Pindahkan sudut back azimuth bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut
pelurusnya. Lakukan ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik
acuan.

6.Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah
posisi kita dipeta.

Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan
menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection
digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat
dilapangan tetapi sukar untuk dicapai atau tidak diketahui posisinya di peta.
Syaratnya, sebelum intersection kita sudah harus yakin terlebih dahulu posisi kita
dipeta. Biasanya sebelum intersection, kita sudah melakukan resection terlebih
dahulu.
Langkah-langkah melakukan intersection adalah:
1. Lakukan orientasi peta
2. Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
3.Bidik obyek yang kita amati
4.Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
5. Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan
langkah 1-3
6.Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi
obyek yang dimaksud.


Azimuth - Back Azimuth
Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat.
Azimuth disebut juga sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda medan, dan
memperolah sudutnya, maka sudut itu juga bisa dinamakan sebagai azimuth.
Kebalikannya adalah back azimuth. Dalam resection back azimuth diperoleh dengan
cara:
•Jika azimuth yang kita peroleh lebih dari 180º maka back azimuth adalah
azimuth dikurangi 180º. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200º.
Back azimuthnya adalah 200º - 180º = 20º
•Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya adalah
180º ditambah azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, diperoleh
azimuth 160º, maka back azimuthnya adalah 180º+160º = 340º
Dengan mengetahui azimuth dan back azimuth ini, memudahkan kita untuk dapat
melakukan ploting peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan sudut bidikan).
Selain itu sudut kompas dan back azimuth ini dipakai dalam metode pergerakan sudut
kompas (lurus/ man to man-biasa digunakan untuk “Kompas Bintang”). Prinsipnya
membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikaan kompas ke
depan dan ke belakang pada jarak tertentu.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1.Titik awal dan titik akhir perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan
hitung sudut yang menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung pula sudut dari
titik akhir ke titik awal. Sudut ini dinamakan back azimuth.
2.Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan
tanda medan lain pada lintasan yang dilalui.
3.Bidikkan kompas seusai dengan arah perjalanan kita, dan tentukan tanda medan
lain di ujung lintasan/titik bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth.
4.Pergi ke tanda medan di ujung lintasan, dan bidik kembali ke titik pertama
tadi, untuk mengecek apakah arah perjalanan sudah sesuai dengan sudut kompas (back
azimuth).
5.Sering terjadi tidak ada benda/tanda medan tertentu yang dapat dijadikan
sebagai sasaran. Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai tanda. Sistem
pergerakan semacam ini sering disebut sebagai sistem man to man.
Merencanakan Jalur Lintasan
Dalam navigasi darat tingkat lanjut, kita diharapkan dapat menyusun perencanaan
jalur lintasan dalam sebuah medan perjalanan. Sebagai contoh anda misalnya ingin
pergi ke suatu gunung, tapi dengan menggunakan jalur sendiri.
Penyusunan jalur ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi, dalam menafsirkan sebuah
peta topografi, mengumpulkan data dan informasi dan mengolahnya sehingga anda
dapat menyusun sebuah perencanaan perjalanan yang matang. Dalam proses perjalanan
secara keseluruhan, mulai dari transportasi sampai pembiayaan, disini kita akan
membahas khusus tentang perencanaan pembuatan medan lintasan. Ada beberapa hal
yang dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum anda memplot jalur lintasan.
Pertama, anda harus membekali dulu kemampuan untuk membaca peta, kemampuan untuk menafsirkan tanda-tanda medan yang tertera di peta, dan kemampuan dasar navigasi darat lain seperti resection, intersection, azimuth back azimuth, pengetahuan tentang peta kompas, dan sebagainya, minimal sebagaimana yang tercantum dalam bagian sebelum ini.
Kedua, selain informasi yang tertera dipeta, akan lebih membantu dalam perencanaan
jika anda punya informasi tambahan lain tentang medan lintasan yang akan anda
plot. Misalnya keterangan rekan yang pernah melewati medan tersebut, kondisi
medan, vegetasi dan airnya. Semakin banyak informasi awal yang anda dapat, semakin
matang rencana anda.
Tentang jalurnya sendiri, ada beberapa macam jalur lintasan yang akan kita buat.
Pertama adalah tipe garis lurus, yakni jalur lintasan berupa garis yang ditarik
lurus antara titik awal dan titik akhir. Kedua, tipe garis lurus dengan titik
belok, yakni jalur lintasan masih berupa garis lurus, tapi lebih fleksibel karena
pada titik-titik tertentu kita berbelok dengan menyesuaian kondisi medan. Yang
ketiga dengan guide/patokan tanda medan tertentu, misalnya guide punggungan/guide
lembahan/guide sungai. Jalur ini lebih fleksibel karena tidak lurus benar, tapi
menyesuaikan kondisi medan, dengan tetap berpatokan tanda medan tertentu sebagai
petokan pergerakannya.
Untuk membuat jalur lintasan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1.Usahakan titik awal dan titik akhir adalah tanda medan yang ekstrim, dan
memungkinkan untuk resection dari titik-titik tersebut.
2.Titik awal harus mudah dicapai/gampang aksesnya
3. Disepanjang jalur lintasan harus ada tanda medan yang memadai untuk
dijadikan sebagai patokan, sehingga dalam perjalanan nanti anda dapat menentukan
posisi anda di peta sesering mungkin.
4.Dalam menentukan jalur lintasan, perhatikan kebutuhan air, kecepatan
pergerakan vegetasi yang berada dijalur lintasan, serta kondisi medan lintasan.
Anda harus bisa memperkirakan hari ke berapa akan menemukan air, hari ke berapa
medannya berupa tanjakan terjal dan sebagainya.
5.Mengingat banyaknya faktor yang perlu diperhatikan, usahakan untuk selalu
berdiskusi dengan regu atau dengan orang yang sudah pernah melewati jalur tersebut
sehingga resiko bisa diminimalkan.
Penampang Lintasan
Penampang lintasan adalah penggambaran secara proporsional bentuk jalur lintasan
jika dilihat dari samping, dengan menggunakan garis kontur sebagai acuan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa peta topografi yang dua dimensi, dan sudut
pendangnya dari atas, agak sulit bagi kita untuk membayangkan bagaimana bentuk
medan lintasan yang sebenarnya, terutama menyangkut ketinggian. Dalam kontur yang
kerapatannya sedemikian rupa, bagaimana kira-kira bentuk di medan sebenarnya.
Untuk memudahkan kita menggambarkan bentuk medan dari peta topografi yang ada,
maka dibuatlah penampang lintasan.
Beberapa manfaat penampang lintasan :
1. Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan perjalanan
2. Memudahkan kita untuk menggambarkan kondisi keterjalan dan kecuraman medan
3.Dapat mengetahui titik-titik ketinggian dan jarak dari tanda medan tertentu
4. Untuk menyusun penampang lintasan biasanya menggunakan kertas milimeter
block, guna menambah akurasi penerjemahan dari peta topografi ke penampang.

Langkah-langkah membuat penampang lintasan:
1. Siapkan peta yang sudah diplot, kertas milimeter blok, pensil mekanik/pensil
biasa yang runcing, penggaris dan penghapus
2.Buatlah sumbu x, dan y. sumbu x mewakili jarak, dengan satuan rata-rata
jarak dari lintasan yang anda buat. Misal meter atau kilometer. Sumbu y mewakili
ketinggian, dengan satuan mdpl (meter diatas permukaan laut). Angkanya bisa
dimulai dari titik terendah atau dibawahnya dan diakhiri titik tertinggi atau
diatasnya.
3.Tempatkan titik awal di sumbu x=0 dan sumbu y sesuai dengan ketinggian titik
tersebut. Lalu peda perubahan kontur berikutnya, buatlah satu titik lagi, dengan
jarak dan ketinggian sesuai dengan perubahan kontur pada jalur yang sudah anda
buat. Demikian seterusnya hingga titik akhir.
4.Perubahan satu kontur diwakili oleh satu titik. Titik-titik tersebut
dihubungkan sat sama lainnya hingga membentuk penampang berupa garis menanjak,
turun dan mendatar.
5.Tembahkan keterangan pada tanda-tanda medan tertentu, misalkan nama-nama
sungai, puncakan dan titik-titik aktivitas anda (biasanya berupa titik bivak dan
titik istirahat), ataupun tanda medan lainnya. Tambahan informasi tentang vegetasi
pada setiap lintasan, dan skala penampang akan lebih membantu pembaca dalam
menggunakan penampang yang telah dibuat.